DENPASAR, BALIPOST.com – Fenomena beach club di Bali, khususnya yang akan dibuka di Sanur mengundang pro kontra di masyarakat.
Salah satu warga Sanur Kadek Suprapta Meranggi alias Deck Sotto saat Dialog Merah Putih Bali Era Baru, Rabu (31/7) mengatakan, Sanur masih seperti yang dulu. Tamu yang datang, ingin mencari ketenangan.
Pembangunan mal memang sempat menghebohkan namun kini tetap berjalan. Sementara kini, Sanur kembali diguncang rencana pembangunan beach club.
Ia mengaku tak ada masalah dengan rencana beach club, hanya saja tidak sesuai dengan nafas Sanur, yang kental dengan tradisi dan budaya. Kalau pun dipaksakan beach club ada di Sanur, maka marketnya tidak akan tepat.
Dia pun tak mau Sanur diganggu dengan suara bising.
Konsul kehormatan Malaysia di Bali, Panudiana Khun mengatakan, di Bali ada 13 beach club. Beach club ini, kata dia, investasi murah dan menghasilkan banyak uang. Di Ubud pun ada.
Sementara itu Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali I Wayan Puspa Negara mengatakan, Sanur sudah memiliki konsep yang jelas terhadap pariwisatanya. Sanur sejak hadir sebagai kawasan pariwisata, berkembang akomodasi dan menjadi tempat yang tenang.
Itu membuat yang datang orang-orang pensiunan, segmen pariwisatanya jelas.
Dengan adanya beach club maka segmen yang sudah ada tentu tidak mau ada beach club yang identik dengan musik keras. Sementara investasi tidak bisa ditolak jika memenuhi ketentuan.
Pengusaha juga harus memiliki jaminan kepastian berusaha.
Saran dia, konsep Sanur harus jelas, tinggal ikuti. Kalau mau tetap jadi lokasi peristirahatan para pensiun dan ketenangan, harus dikembalikan pada konsep lamanya. (Citta Maya/balipost)