SINGARAJA, BALIPOST.com – Krama di Lingkungan Banjar Paketan, Kelurahan Paket Agung, Buleleng hingga kini masih menjaga taksu gong duwe yang dimiliki. Sejumlah elemen gong pun distanakan bahkan diupacarai. Salah satunya, gong duwe ini terdiri dari satu buah reong dan satu bilah gender yang disinyalir berumur ratusan tahun.

Kelian Sekaa Gong, Eka Wakya Ketut Sunada pada Kamis, 30 Juli 2024 menceritakan gong duwe yang disakralkan dan distanakan di Pura Pengaruman Banjar Paketan.

Baca juga:  Besarkan Hindu Nusantara, Moderasi Beragama Berkualitas Jadi Fokus Utama

Biasanya kedua elemen gong itu diupacarai saat hari Tumpek Landep. Pihaknya juga tidak mengetahui pasti kapan gong duwe ini dibuat.

Namun yang dapat menjadi acuan, sebuah penelitian ISI Denpasar, menyebutkan Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya, beserta gamelan gongnya pernah tampil di Mataram Lombok pada 1917.

Saat tampil di Lombok pada era itu, disebutkan seluruh instrumen gamelan ditinggalkan di sana atas permintaan petinggi setempat. Hanya beberapa bagian saja yang dibawa pulang.

Baca juga:  Dukung Langkah Gubernur Koster Menjaga Aura dan Taksu Bali

Kemudian pada 1926, gamelan yang tersisa ini dilengkapi dengan bagian-bagian lain hingga menjadi seperangkat gamelan gong kebyar. Gamelan inipun masih dipertahankan Sekaa Eka Wakya sebagai identitas gong legendaris.

Uniknya lagi, gong duwe ini selalu dibawa saat pentas di acara besar sekelas Pesta Kesenian Bali. Hanya saja, gong itu tidak dipukul, melainkan ditempatkan di bagian gamelan sendiri.

Fakta lainnya juga dikatakan, gong duwe ini kerap berbunyi sendiri saat waktu tertentu.

Baca juga:  “Taksu”, Aset Tak Berwujud Bali

Bahkan suaranya pun tak hanya didengar oleh masyarakat di Banjar Paketan, melainkan luar desa. Jika gamelan ini berbunyi sendiri, menandakan suatu kejadian akan terjadi.

Dari gong duwe itu, Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya hingga kini sudah banyak melahirkan seniman-seniman legendaris. Seniman pertama yang mengawali kesuksesan Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya seperti Made Mendra yang mendapatkan penghargaan pengabdian seniman Wijaya Kusuma dari Pemkab Buleleng. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN