TABANAN, BALIPOST.com – Banjar Tapesan di Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, selama ini dikenal sebagai penghasil pandan harum atau yang biasa disebut kembang rampe. Hampir 99,9 persen masyarakatnya menggantungkan hidup menjadi petani pandan harum hingga berbisnis produksi kembang rampe.
Sejak tahun 2000, masyarakat yang awalnya menanam padi beralih menanam daun pandan harum. Sebagai warga Bali, pandan harum atau kembang rampe ini digunakan sebagai sarana upakara, terutama mempercantik canang sari.
Memasuki Banjar Tapesan, kanan kiri jalan disambut dengan tanaman pandan harum. Meskipun lahan sempit, pandan harum tetap menjadi pilihan untuk ditanam warga. Bahkan ada warga yang menanam padi hanya sepetak saja.
Kelian Dinas Banjar Tapesan, I Putu Surya Adi Pradana mengatakan budidaya pandan harum yang dilakukan warganya adalah warisan leluhur. Sebelumnya, areal persawahan di Banjar Tapesan ditanami padi, namun kemudian beralih ke pandan harum.
Menurut Adi Pradana, budidaya pandan harum hingga menjadi bisnis rumahan mengalir begitu saja. Awalnya budidaya pandan harum hanya ada di daerah Buduk Mengwi, kemudian berkembang ke Banjar Tapesan.
Budidaya pandan harum menjadi pekerjaan utama bagi warga Banjar Tapesan. Meskipun ada yang menjadi pegawai negeri, mereka tetap memiliki usaha budidaya daun pandan tersebut. Bahkan warga yang tidak memiliki lahan rela mengontrak lahan untuk berbudidaya pandan harum.
Salah seorang petani pandan harum, I Made Muja, mengatakan sudah menggeluti budidaya pandan harum selama 20 tahun. Awalnya, pekerjaan tersebut adalah warisan orang tuanya. Menurut Muja, perawatan pandan harum tidak mudah. Harus dilakukan perawatan berkala seperti pemupukan, penyemprotan, hingga penyiraman.
Jika tidak dirawat dengan baik, pandan harum akan diserang hama ulat yang menyebabkan pohon busuk. Perawatan ekstra juga harus dilakukan saat musim kemarau karena kekurangan air membuat pandan harum menjadi kuning dan mati.
Pemasaran pandan harum yang diproduksi menjadi kembang rampe dilakukan di sekitar Pasar Mengwi. Sehari sekali panen, Muja membawa sekitar 60-150 kilogram tergantung pesanan. Saat hari raya, permintaan pandan harum melonjak tinggi hingga 200 kilogram sehari ke Pasar Mengwi.
Mengenai harga, Muja menjual pandan harum bervariasi. Versi original per kilogram dijual Rp7.000 dan yang menggunakan warna dijual Rp9.000 per kilogram.
Proses produksi pandan harum hingga siap digunakan untuk perlengkapan upakara melibatkan beberapa tahap. Mulai dari pemetikan, pemotongan, pewarnaan, hingga pengeringan.
Menariknya, mesin pengering yang digunakan adalah mesin cuci yang dimodifikasi. Usaha ini sangat menguntungkan. Sehari, keuntungan bersih yang didapat Muja mencapai Rp150.000. Jika ditotal, tiap bulan keuntungan bersih mencapai Rp4.500.000. (Puspawati/balipost)