DENPASAR, BALIPOST.com – Memukur atau atma wedana di Kesiman masih ajeg menjalankan tradisi kuna. Krama Kesiman tetap mengusung puspa lingga dan bukur dengan cara berjalan kaki nganyut ke Segara Padanggalak Kesiman.
Ribuan krama Kesiman mengusung puspa lingga dan bukur tumpang sembilan dengan berjalan kaki sepanjang lima kilometer. Prosesi nganyut ke segara serangkaian upacara Maligia Punggel di Puri Ageng Pemayun Kesiman, Jumat (9/8).
Ketika tradisi ini tetap ajeg, kini prosesi mengusung bukur ke pantai diganggu oleh kabel utilitas seperti kabel data, seluler dan listrik. Tercatat 30 titik kabel PLN yang melintang di jalan harus diputus dan ratusan kabel data putus karena dipasang terlalu rendah.
Bukur tumpang sembilan sudah dibuat knockdown dan disiapkan bambu penyangga, namun tak bisa mengatasi banyaknya kabel data dan seluler yang tingginya lima meter sepanjang Jl. WR Supratman, Jl. Waribang dan Padanggalak. Banyak kabel akhirnya terputus karena bukur tingginya 10 meter.
Manggala Karya, Anak Agung Ngurah Gede Dhamar Perbangkara mewakili generasi Z memuji semangat warga berjalan kaki mengusung bukur selama dua jam lebih. Namun di sisi lain dia mengkritisi semrawutnya kabel utilitas yang membuat perjalanan terganggu.
Panitia juga mengeluarkan dana banyak untuk minta izin pemutusan kabel. Harusnya, kata dia, pemerintah sudah bersikap buat terowongan bawah tanah.
Ketua DPRD Kota Denpasar, A Gusti Ngurah Gede, S.H., selaku warga Denpasar setuju dan sudah saatnya di Denpasar dibuatkan terowongan kabel bawah tanah. Hal ini untuk memperkuat dan menjaga tradisi adat Bali.
Apalagi, kini pemasangan kabel data tak ada yang mengontrol ketinggiannya. Bahkan dia menduga banyak kabel data tanpa ada izin dan tanpa ada sanksi hukum.
Rangkaian karya Maligia Punggel di Puri Ageng Pemayun Kesiman berlangsung sejak sebulan lalu. Jumat 2 Agustus 2024 digelar ngangget don bingin, 8 Agustus murwa daksina, 9 Agustus nganyut ke segara dan Minggu nanti nyegara-gunung. (Sueca/balipost)