Pameran Bali Megarupa serangkaian FSBJ VI Tahun 2024, di Gedung Kriya, Taman Budaya Provinsi Bali. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Perhelatan seni rupa Bali Megarupa merupakan bagian utuh dari Festival Seni Bali Jani (FSBJ) yang sepenuhnya didedikasikan untuk mewadahi seni rupa multifaset modern dan kontemporer berikut segala inovasinya. Sejalan pemaknaan atas tema FSBJ VI Tahun 2024 “Puspa Cipta Jana Kerthi: Karya Mulia Manusia Berbudaya”, Bali Megarupa VI mengetengahkan tajuk “Karma Wong Kawya” dengan sub bahasan Puitika Rupa Perupa.

Kurator Prof. Dr. Wayan “Kun” Adnyana, mengungkapkan bahwa subject matter dari Bali Megarupa FSBJ VI 2024 ini adalah “Jana” atau manusia. Dimana sang insan pencipta (perupa) ini didorong untuk mengeksplorasi keberadaan dirinya sebagai seniman maupun mahkluk sosial, dan karya dapat dimaknai sebagai manifestasi dari tindakan (karma). Di samping juga mencerminkan penghayatan akan keindahan yang dituangkan dalam ekspresi artistik (puitika) berwujud visual (Rupa).

Baca juga:  Penutupan FSBJ IV, Gubernur Koster Luncurkan Tema "Citta Rasmi Segara Kerthi"

Walau pada penyelenggaraan ke-6 tahun 2024 ini tidak hadir sebagaimana tahun-tahun sebelumnya (karena hanya dengan satu venue yakni di Gedung Kriya, Taman Budaya Provinsi Bali), akan tetapi ajang ini terbukti tetap meneguhkan pencapaian cemerlang para perupa.

Rektor ISI Denpasar ini, mengatakan bahwa Pameran Bali Megarupa mewadahi karya seni lukis, patung, fotografi, dan keramik. Tampil beragam gaya yang masing-masing kreatornya memiliki ciri tersendiri, yang bukan hanya dikembangkan lebih jauh, melainkan juga dikritisi guna melampaui kecenderungan mannerisme atau pengulangan. Karya-karya mereka dalam titik pandang tertentu, mendorong kita menghayatinya bukan semata sebagai suguhan estetika. Melainkan membuka bacaan bahwa buah cipta yang tergelar pada Bali Megarupa kali ini mengundang renungan mendalam, menyentuh hakikat yang menjadi galian filsafat seni. Yakni tidak berhenti sebatas menyandingkan perihal keindahan dan keburukan (beauty and ugliness).

Baca juga:  Festival Seni Bali Jani "Cultural Entrepreneurship" Mengagumkan

“Capaian kreasi para perupa ini layak diapresiasi, selaras dengan niat sedini awal Megarupa dihadirkan, yakni mencerminkan upaya inovasi terus menerus dengan kemungkinan kreativitas yang lintas batas,” ujar Prof. Kun Adnyana, Senin (12/8).

Dengan demikian, keberadaan pameran Bali Megarupa layak untuk diperjuangkan sebagai wahana menjaga elan kreatif masyarakat seni rupa Bali. “Semoga dalam perhelatan tahun-tahun mendatang, tata laksana ekshibisi kembali tergelar di sekian venue dengan capaian mumpuni yang mendapat apresiasi nasional dan global,” harapnya.

Baca juga:  Tawur Agung Dirangkai "Pakelem" di 14 Lokasi, Ini Maknanya

Ada 24 perupa berpartisipasi, terdiri dari karya dwi matra dan tri matra. Diantaranya, seniman-seniman bereputasi nasional bahkan internasional. Diantaranya, Chusin Setiadikara, Gennetik, I Gede Jaya Putra, I Made Arya Palguna, I Made Galung Wiratmaja, I Made Ruta, I Made Suarimbawa Dalbo, I Nengah Sujena, I Wayan Gede Suanda Sayur, I Wayan Setem, I Wayan Sujana Suklu, Ida Ayu Gede Artayani, Ida Bagus Candrayana, Ida Bagus Putra Adnyana, Ida Bagus Putu Purwa, Made Kaek, Made Wiradana, Moelyoto, Ni Nyoman Sani, Nyoman Erawan, Nyoman Wijaya, Tjandra Hutama, Uuk Paramahita, Wayan Upadana. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN