Pengendara sepeda motor melintas di depan deretan armada bus Trans Metro Dewata. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Minat masyarakat Bali menggunakan Bus Trans Metro Dewata hingga (TMD) kini masih jauh dari harapan. Bahkan, bus yang digadang-gadang jadi moda transportasi terpadu ini kadang terlihat berjalan tanpa penumpang. Apakah program ini akan dilanjutkan?

Berdasarkan data, jumlah penumpang Bus TMD sepanjang tahun 2023 hanya 2.074.339 orang dengan load faktornya baru mencapai 39,87%. Sedangkan, pada tahun 2024 ini (hingga Juni 2024) baru mencapai 885.103 orang atau 15,62 %. Padahal, biaya operasional yang dikeluarkan mencapai Rp6 miliar per bulan.

Manager Operasional PT Satria Trans Jaya, Ida Bagus Eka Budi P., mengatakan bahwa selama 4 tahun berjalan layanan Bus TMD sudah memiliki pengguna setia. Hal ini seharusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sehingga mereka tetap setia menggunakan fasilitas umum ini agar jumlahnya terus memgalami peningkatan.

Baca juga:  RUU Provinsi Bali Disahkan 4 April, Gubernur Koster Mohon Doa Restu Masyarakat

Diungkapkan bahwa rata-rata penumpang Bus TMD per hari hanya mencapai 5-6 ribu orang. Jumlah ini masih jauh dari target yang diharapkan. Oleh karena itu, per 1 Agustus 2024 rutenya pun ditambah dari 5 koridor menjadi 6 koridor. Dengan harapan jumlah penumpang naik menjadi 7 – 8 ribu orang per harinya.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang memengaruhi minat masyarakat naik angkutan umum. Di antaranya, fasilitas penunjang dari bus TMD ini belum ada. Seperti, titik henti yang aman dan nyaman, serta angkutan pengumpannya. “Yang paling penting belum didukung kebijakan oleh Pemda terkait bagaimana mengurangi kepadatan lalu lintas di wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Tabanan, dan Gianyar,red),” tandas Eka Budi, Selasa (13/8).

Baca juga:  PPKM Masuki Jilid IV, Gubernur Koster Keluarkan SE Atur Sejumlah Kelonggaran Tingkatkan Aktivitas Ekonomi

Eka Budi mengungkapkan bahwa saat ini Bali memiliki total 105 armada Bus TMD. Sebanyak 95 unit di antaranya dioperasikan setiap hari yang tersebar di 6 koridor yang ada. Dengan rincian, 18 unit di K1B (Sentral Parkir Kuta – Terminal Pesiapan Tabanan PP), 18 unit di K2B (Terminal Ubung – Bandara PP), 12 unit di K3B (Terminal Ubung –  Sanur PP), 17 unit di K4B (Terminal Ubung – Sentral Parkir Monkey Forest PP), 17 unit di K5B (Sentral Parkir Kuta – Politeknik Negeri Bali – Titi  Banda PP), dan 13 unit di K6B (Sentral Parkir Kuta – Bandara – Sentral Parkir Nusa Dua PP). Rata-rata biaya operasional yang dikeluarkan setiap bulannya mencapai Rp6 miliar dari APBN.

Baca juga:  Tahun 2019, Target Ekspor Kakao Jembrana Sebanyak 300 Ton

“Sampai saat ini karena Bus Trans Metro Dewat adalah layanan BTS (Buy The Service atau pembelian layanan,red), biaya operasionalnya disiapkan oleh pemerintah dalam hal ini Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan dengan anggaran sekitar Rp70 sampai dengan Rp80 miliar per tahunnya,” ungkapnya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN