DENPASAR, BALIPOST.com – Apa harapan Gen Z terhadap pemimpinnya? Pertanyaan ini menjadi pertanyaan awal bagi kalangan pemilik hak suara 56 persen dalam Pilkada Bali. Ketua BEM universitas Udayana, Wayan Tresna, dengan lugas menjawab jika Gen Z berdaulat maka kita bisa pastikan yang terpilih adalah pemimpin Bali yang mampu menjaga Bali dan memastikan Bali bisa diwarisi generasi muda Bali.
Ia berpandangan pilihan politik haruslah melahirkan pemimpin yang tidak hanya berorientasi pragmatis ekonomis mengelola Bali. Untuk itu, Wayan Tresna berjanji menguatkan soliditas Gen Z antarkampus. ‘’Pemimpin harus siap paparkan visi dan misi di hadapan mahasiswa. Mimbar itu akan kami siapkan di Unud,’’ ujarnya. Ia bahkan berharap pemimpin ‘’sowan’’ ke generasi muda bukan malah Gen Z hanya pendukung agenda politik partai politik dan elitenya.
Wayan Tresna menegaskan Gen Z memegang 56 persen suara. Kalau kita bersatu, 56 persen itu sudah cukup memenangkan suatu posisi, khususnya di Provinsi Bali. “Jadi, kita punya kekuatan. Kita harus sadar dan tidak boleh tidak peduli. Dan saya yakin buta yang terburuk adalah buta politik. Mungkin teman-teman di sini ada yang mengatakan tidak berpengaruh siapapun pemimpinnya, toh hidup gini-gini saja,” jelasnya.
Pandangan senada juga dilontarkan Ketua DPM Universitas Warmadewa, Surya Adhytia Darma. Ia berpendapat bahwa generasi muda dengan pendekatan media sosial akan membangun daya tawar politik kepada calon pemimpin Bali.
Partai politik juga diharapkan memberikan pilihan yang berkualitas dan diyakini mampu menjaga Bali ke depan. ‘’Kami tak ingin terjebak pada kepentingan politik pragmatis. Ia memastikan aliansi mahasiswa antara kampus telah terbentuk dan siap melakukan pendekatan politik kepada para kandidat,’’ ujarnya.
Baik Tresna dan Surya mengakui keterlibatan Gen Z dalam Pilkada harus dibuka lebar. Mengingat semua keputusan politik kekuasaan akan berdampak pada selera dan nasib generasi muda. Mereka memastikan Gen Z akan melakukan kajian dan penyikapan terhadap janji politik kandidat. Bahkan, dalam kontestan Pilkada Bali, kedua pentolan mahasiswa ini mengaku siap mendukung langkah KPU Bali untuk melakukan program Green Election sebagai bentuk keberpihakan pada lingkungan.
Gen Z, kata mereka, tetap berharap pemimpin Bali mampu menjaga tradisi, kearifan dan tata kelola Bali yang berpihak pada budaya sehingga lingkungan Bali ke depan, tetap bisa diwarisi generasi muda, Perda tentang tata kelola Bali 100 tahun ke depan, menurut mereka wajib menjadi rujukan penyelamatan Bali.
Terkait green election, Tresna sepakat bahwa tidak perlu tradisi sampah-sampah di jalanan, karena tidak perlu baliho-baliho yang merusak pemandangan kita. Tidak perlu baliho yang merusak fokus kita. Ada beberapa kasus, gara-gara baliho sampai kecelakaan.
“Kita perlu pemimpin yang peduli dengan lingkungan, kita perlu pemimpin yang bisa ngomong bagaimana lingkungan yang akan kita nikmati 20-30 tahun ke depan itu tetap terjaga. Karena kita generasi Z, yang nantinya 20 atau 30 tahun ke depan akan mengisi posisi-posisi (jabatan) tersebut. Maka kita perlu pemimpin yang peduli lingkungan, bukan jangka pendek, namun jangka panjang untuk kita semua,” ucap Wayan Tresna.
Maka dari itu, dia mengajak generasi muda yang mana terdapat 56 persen, jika bisa bersatu, maka calon pemimpin harus sujud pada generasi muda. Bukan sebaliknya kita bersujud pada mereka.
Untuk BEM se-Bali, kata Tresna, sudah membentuk aliansi badan eksekutif mahasiswa seluruh Bali. Salah satu program kerjanya adalah mengawal pilkada, dan Universitas Udayana dipercaya sebagai koordinator isu politik, hukum dan HAM. Pihaknya sudah merumuskan apa-apa saja yang dilakukan. Harapannya nanti bisa mengundang para calon pemimpin untuk uji publik di Unud dengan mahasiswa dan masyarakat umum.
Kami termasuk bagian dari Generasi Z. Kita perlu membahas potensi dari Gen Z untuk menyukseskan Pilkada 2024. Di mana kita ketahui generasi muda khususnya Gen Z, sangat mengetahui baik itu sumber informasi, khususnya dari media elektronik.
Tentunya dalam hal ini, akan memberikan pengaruh besar bagi Pilkada 2024. Dan juga bagi saya, yang masih muda dengan pemahamannya terkait sumber media. Dan itu bisa disampaikan pada tingkat keluarga paling kecil di rumah.
Dengan kemampuan mereka bakalan menjadi sumber informasi, bagi orang tua maupun anggota keluarga lainnya untuk memberikan informasi. Selain itu, sejalan dengan rekannya di Unud, Surya Adhytia Darma juga ada aliansi legislatif mahasiswa seluruh Bali. Dan Warmadewa sebagai koordinator pusat. Saya harapkan, teman-teman mahasiswa baik organisasi eksekutif maupun legislatif bisa bekerja sama demi menyukseskan Pilkada 2024. Generasi muda mempunyai suara terbanyak dan akan mempengaruhi calon pimpin nanti. Generasi muda juga sangat peduli dengan isu sosial, termasuk lingkungan dan HAM.
Yang juga disoroti dan menjadi perhatian, kata Surya Adhytia Darma adalah pemimpin yang peduli lingkungan dan pariwisata. Diharapkan pemimpin ke depan mampu menyelaraskan antara perkembangan pariwisata dengan tetap memperhatikan dampak jangka panjang, baik terhadap lingkungan, sosial maupun budaya.
Mengukur suksesnya pilkada bukan hanya dilihat dari partisipasi pemilih, namun menurut saya pilkada dikatakan sukses ketika tidak adanya atau meminimalisir praktik-praktik inkonstitusional. “Yang saya maksud praktik uang atau money politic, dan praktik memaksa. Ini saya harapkan tidak ada lagi praktik seperti ini. Namun, memilih pemimpin berdasarkan hati nurani, dan saya ingin menghapus stigma generasi muda bahwasanya suara kita tidak berpengaruh bagi perkembangan pemerintahan. Sebaliknya itu sangat berpengaruh teman-teman,” kata Surya Adhytia Darma, Ketua DPM Universitas Warmadewa. (Miasa/balipost)