AMLAPURA, BALIPOST.com – “Jadi loper koran. Profesi itu pernah saya lakoni bertahun-tahun,” demikian I Ketut Sedana Merta, S.T., M.T., memulai perbincangannya dengan Bali Post, saat berkunjung ke ruang kerjanya, Selasa (14/8). Sedana Merta yang akrab dengan pers ini menjabat Sekda Karangasem setelah bertugas di berbagai jabatan strategis di lingkungan Pemda Karangasem.
Ia menceritakan sekitar tahun 1980-an, ayahnya yang seorang guru mencari penghasilan tambahan untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Dirintislah usaha agen koran, dan untuk mengedarkan koran mengajak anak-anaknya menjadi loper. ‘’Saya pun ikut jadi loper,’’ ujarnya.
Sedana Merta dengan lancar menceritakan perjalanan hidupnya menjadi loper koran. ‘’Saya menjadi loper koran sejak kelas tiga Sekolah Dasar. Waktu itu koran datangnya sore-sore. Pelanggan koran juga masih terbatas, hanya lingkungan perkantoran di kota Amlapura,’’ ujarnya mengenang saat-saat ia bersama kakaknya berbagi tugas mengantar koran.
Saat itu koran Bali Post datang sore dibawa bus Dermawan, Arjuna dan Sri Krisna jurusan Amlapura-Batubulan. ‘’Kami mengambil kiriman koran itu di terminal Subagan. Saya baru istirahat jadi loper saat kelas 3 SMA karena menjelang ujian. Tetapi usaha bapak yang seorang guru tetap berlanjut hingga kini. Bahkan kini usaha itu dilanjutkan istri,’’ jelasnya lagi.
Identik Dengan Sepeda
Sedana Merta yang sempat menjabat Kadis PUPR Karangasem mengakui menjadi loper koran dijalaninya dengan senang hati. ‘’Loper koran saat itu identik dengan sepeda. Beda dengan agen zaman-zaman keemasan koran di tahun 1990-an—hingga tahun 2000 awal. Agen sudah mengendarai sepeda motor, karena jarak yang ditempuh makin jauh dan sebarannya makin luas,’’ ujarnya.
Ia mengatakan saat itu koran Bali Post menjadi pilihan utama pembaca di Karangasem. Selain karena akuntabilitas beritanya bagus, informasinya juga makin banyak tentang kabupaten Karangasem. Distribusi korannya juga mulai datang pagi. Kondisi ini secara tak langsung turut membuat warga Karangasem makin melek informasi,’’ ujarnya.
Langganan Bali Post sekitar tahun 1990-an mulai meluas tak hanya di kalangan perkantoran tetapi juga sekolah-sekolah dan sektor pariwisata di Candidasa, Amed, dan Tulamben. ‘’Menjadi agen koran saat itu merupakan usaha yang bisa menjadi sandaran ekonomi keluarga. Sehingga banyak agen dan loper yang bisa menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih bagus,’’ jelasnya.
Sedana Merta mengakui sangat mengenang masa-masanya bertumbuh dan bisa terus mengetahui perkembangan informasi lewat koran. Bahkan, hingga kini ia masih senang membaca Bali Post. ‘’Walaupun perkembangan teknologi membuat koran konvensional oplahnya turun, saya tetap merasa nyaman membaca koran. Akuntabilitas berita di media konvensional sangat bagus. Informasinya valid,’’ ujarnya lagi.
Bahkan hingga kini di jajaran Pemda Karangasem langganan koran masih tetap berlanjut sejalan dengan informasi dari media digital. (Eka Parananda/balipost)