Ilustrasi Seismograf merekam gerakan tanah selama gempa. (BP/Dokumen)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Baru-baru ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kekhawatirannya terkait potensi gempa di dua zona Megathrust yang dapat memicu tsunami. Senin (19/8) BMKG kembali menyebarkan rilis bahwa ancaman gempa besar di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Sementara itu Bali relatif aman.

Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Badung, Cahyo Nugroho memaparkan potensi Megathrust di Selatan Bali.  Berdasarkan pengamatan kegempaan di Selatan Bali, secara umum relatif aman dengan didominasi gempabumi magnitudo 3 – 4.

Dikatakannya, para ahli menduga bahwa zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut merupakan zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap ini harus diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Potensi gempa bumi pada Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut bukan hal baru, bahkan sudah ada sejak sebelum terjadi gempa dan tsunami Aceh 2004.

Baca juga:  Di Tengah Pandemi, Suwirta Sebut Warga Butuh Hiburan

Terkait statement BMKG : Gempabumi di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut “Tinggal Menunggu Waktu” yang telah disampaikan sebelumnya, hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, namun bukan berarti akan segera terjadi gempa dalam waktu dekat. Dikatakan “tinggal menunggu waktu” disebabkan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Harian di Bali Masih Fluktuatif, Persentase Sembuh Makin Tinggi

Sampai dengan saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat (kapan, dimana dan berapa kekuatannya), sehingga tidak dapat diketahui kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya.

Cahyo Nugroho minta masyarakat tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa seperti melaut, berdagang dan berwisata di pantai. Jika merasakan gempa bumi kuat dengan durasi yang lama. Segera keluar rumah dan menjauhi pantai. Informasi potensi gempa Megathrust yang berkembang saat ini bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga diharapkan tidak dimaknai secara keliru seolah akan terjadi dalam waktu dekat.

BMKG selalu siap memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akurat. Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi.

Baca juga:  Denpasar Gelar Festival Imlek 2 Hari, Berikut Jalan yang Ditutup

Menanggapi peringatan dari BMKG tersebut, pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr. Ir. Amien Widodo, M.Si., menjelaskan, gempa megathrust adalah gempa yang dipicu oleh tumbukan lempeng dengan kedalaman antara 0 hingga 70 kilometer.

“Terjadinya gempa Megathrust karena adanya hambatan antar-bidang lempeng, sedangkan lempeng terus bergerak,” ujar Amien dikutip dari laman ITS, Senin (19/8).

Amien menjelaskan, letak Indonesia diapit oleh tiga lempeng yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Samudra Hindia. Lempeng-lempeng itu akan terus bergerak dan menghunjam ke permukaan bumi sejak jutaan tahun lalu. (kmb/balipost)

BAGIKAN