Antrean sejumlah kendaraan yang melintas saat kondisi arus lalu lintas padat di Jalan Cokroaminoto, Denpasar. Kondisi padat arus lalu lintas juga sering terjadi di beberapa ruas jalan yang ada di Kota Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali akhir-akhir ini semakin macet. Tidak saja di pusat Kota Denpasar, beberapa wilayah lainnya, seperti Badung, Gianyar dan Tabanan juga tidak luput dari sesaknya kendaraan. Banyak faktor yang menyebabkan kemacetan semakin sulit diurai. Salah satunya ketiadaan kebijakan pemerintah dalam pengaturan lalu lintas yang tepat.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Bali, I Nyoman Arthaya Sena saat diwawancarai, Minggu (25/8) mengatakan, kemacetan sudah menjadi masalah klasik di Bali saat ini. Dia mengatakan jumlah kendaraan semakin banyak sebagai dampak dari perputaran ekonomi yang semakin ramai sehingga makin banyak orang yang membeli kendaraan.

Baca juga:  Dipukul Pendemo, AWK Lapor ke Polda

Sementara pertumbuhan ruas jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan. Kondisi ini diperparah dengan belum adanya rekayasa lalu lintas yang tepat dan pemberlakukan pembatasan jenis kendaraan pada jam-jam tertentu.

Arthaya Sena mencontohkan kemacetan di wilayah Kapal Badung. “Kita lihat saja yang masuk dari Tabanan. Salah satunnya itu pasar kecil pagi Kapal. Itu semuanya bisa masuk, mau lurus, belok kanan atau kiri bisa. Jadi jalur utamanya, jadi tertutup,” terang Arthaya Sena.

Kondisi serupa juga terjadi dengan Kuta, Nusa Dua dan persimpangan jalan lainnya. Banyak simpangan-simpangan yang tidak jelas disamping perilaku pengendara atau pengemudi yang tidak tertib.

Baca juga:  Tiga Kabupaten Nihil, Satu Bertambah Belasan Kasus COVID-19

Menurut Arthaya, pemerintah hingga kini tidak memiliki kebijakan pembatasan jam operasional truk masuk ke dalam kota. Karena sampai saat ini kantong parkir di luar kota belum ada. “Ini harus dipikirkan bersama, membuat sentral parkir atau terminal parkir cargo di perbatasan. Karena untuk masuk kota harus diatur supaya tidak menggunakan kendaraan yang tonasenya berlebihan,” katanya.

Pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat, menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan yang makin sulit diurai. Arthaya mengatakan semua orang melayani dirinya sendiri dalam artian berusaha memiliki kendaraan untuk mendukung aktivitasnya setiap hari.

Baca juga:  Soal PAW Yonda, Pimpinan DPRD Badung Masih Konsultasi ke Kemendagri

Demikian untuk level perekonomiannya yang lebih tinggi akan berusaha untuk memiliki kendaraan roda empat untuk kenyamanan. “Dan sekarang sudah mulai masuk musim hujan, pasti akan semakin macet karena banyak yang mengeluarkan kendaraan roda empat,” katanya.

Sewa kendaraan yang masif dilakukan wisatawan khususnya untuk roda dua saat ini, menurut Arthaya Sena juga berdampak pada kemacetan. Bahkan menurutnya, jumlah kendaraan sewa ini cukup banyak. Ditambah pemahaman berlalu lintas para wisatawan yang belum sepenuhnya mengerti, menambah hiruk pikuk lalu lintas dan berakhir kepada kemacetan di Bali. (Widiastuti/bisnisbali)

BAGIKAN