Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo terkait penyakit Mpox, Selasa (27/8). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Sistem deteksi dini penyakit menular guna mencegah importasi penyakit Mpox di dalam negeri kembali diaktifkan. Hal ini menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, Menkes usai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/8) mengatakan Electronic Surveillance Card akan kembali diaktifkan. “Dulu dikenal sebagai Pedulilindungi,” katanya.

Dikatakan Budi, upaya tersebut merupakan strategi surveilans yang ditempuh pemerintah dalam merespons kemunculan strain Mpox terbaru yang bernama 1B, karena lebih berisiko mematikan dari strain pendahulunya, 2B.

Baca juga:  Dua Zona Orange Catat Puluhan Kasus Baru, Warga Luar Bali Juga Tambah 2 Digit

“Strain 1B ini fatalitasnya lebih tinggi daripada yang sebelumnya, yang ada di Indonesia, di Asia itu umumnya 2B. Jadi rupanya kekhawatirannya lebih, karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10 persen dibandingkan dengan varian lama yang 0,1 persen,” katanya.

Metode Electronic Surveillance Card, kata Budi, sama halnya seperti Aplikasi Pedulilindungi yang sebelumnya diterapkan sepanjang periode pandemi COVID-19.

Setiap orang yang datang dari luar negeri, kata Budi, akan memindai kode batang atau QR code, yang merekam riwayat perjalanan, dengan notifikasi warna kuning, hijau, dan merah.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Bertambah di Atas 150 Orang, Empat Zona Merah Jadi Penyumbang Terbanyak

“Kalau hijau, ya nggak usah diapa-apain. Kalau kuning, merah kami lihat suhunya, kalau ternyata memang tinggi dan ada ruam-ruam nanti diambil PCR,” katanya.

Kemenkes sudah menyiapkan dua unit mesin PCR yang bisa 30-40 menit mendeteksi gejala Mpox, masing-masing disimpan di Jakarta, Cengkareng, dan Bali.

“Lokasi itu dipilih, karena akan ada acara Asia-Afrika Leaders Meeting di Indonesia. Jadi, kalau ada yang kami identifikasi pernah datang di Afrika, suhunya tinggi langsung diambil, langsung dalam waktu singkat bisa lihat apakah dia positif atau tidak,” katanya.

Baca juga:  Pasien Sembuh Nasional Bertambah Lampaui Kasus COVID-19 Baru

Kalau pelaku perjalanan itu dinyatakan positif, kata Budi, langsung dibawa ke fasilitas isolasi yang tersedia di rumah sakit.

“Karena obat-obatan kita sudah siapkan antivirusnya, sudah dikirim ke Bali, juga sebagian ada di Jakarta dan semua reagen-reagen buat PCR, reagen-reagen buat Whole Genome Sequencing-nya sudah kita persiapkan dan lengkap,” katanya. (kmb/balipost)

BAGIKAN