BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Tembuku Kelod di Kecamatan Tembuku, Bangli rutin menggelar upacara pelebon atau ngaben dan peroras massal.
Selain meringankan biaya, pelaksanaan ngaben massal juga bertujuan untuk memupuk gotong royong dan rasa kebersamaan krama.
Upacara pelebon di Desa Adat Tembuku Kelod sudah berlangsung di setra Desa Adat Tembuku Kelod pada Sabtu l, 24 Agustus 2024. Sementara upacara peroras akan dilaksanakan pada 4 September mendatang.
Bendesa Desa Adat Tembuku Kelod, Dewa Gede Anom mengatakan upacara pelebon dan peroras massal di Desa Adat Tembuku Kelod selama ini rutin dilaksanakan tiap tiga tahun sekali. Upacara massal ini dilaksanakan berdasarkan kesepakatan dan pararem yang sudah dibuat 2009 lalu.
Adapun yang melatarbelakangi dilaksanakannya upacara ngaben massal di Desa Adat Tembuku Kelod, yakni agar lebih efektif dan efisien.
Dikatakan bahwa dahulu upacara ngaben dilaksanakan masyarakat secara perorangan. Karena cukup sering ada upacara ngaben krama menjadi payah karena harus sering tedun untuk membantu mempersiapkan upacara ngaben.
Selain itu dari segi biaya juga tinggi. Misalnya nunas ring perempatan, seharusnya satu saja buat banten, mereka saat itu sama-sama bawa tiga banten.
Itu kan bisa dihemat sebenarnya kalau dilaksanakan secara massal. Dari pertimbangan itu kemudian masyarakat sepakat melaksanakan upacara pelebon massal.
Upacara pelebon massal tahun ini, diikuti 17 dadia. Jumlah sawa yang diupacarai sebanyak 43 Sawa.
Sementara upacara peroras nantinya akan diikuti 19 dadia. Dewa Anom mengatakan dalam upacara pelebon massal, peserta hanya dikenakan urunan Rp5 juta. Upakara dipersiapkan oleh masyarakat secara bergotong royong.
Selain menghemat tenaga dan biaya, Dewa Anom merasakan bahwa pelaksanaan pelebon dan peroras massal dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan gotong royong krama. Krama Desa Adat Tembuku Kelod jadi lebih guyub.
Ia berharap upacara peroras yang segera dilaksanakan nanti bisa berjalan lancar. Dia juga berharap upacara pelebon dan Peroras masal ini bisa berkelanjutan sampai ke generasi berikutnya. (Dayu Swasrina/balipost)