Sathya Narayana memperlihatkan beragam produk kecantikan yang diproduksinya, Rabu (28/8) di Denpasar. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Menekuni usaha sejak belasan tahun lalu, pahit manis dalam berbisnis pasti pernah dirasakan. Hal ini lah yang dialami Sathya Narayana dan keluarganya.

Diceritakan Sathya, orangtuanya merintis usaha aromaterapi namun kemudian bangkrut di 2005. Setelah itu, selama 3 tahun, orangtuanya berupaya bangkit dengan banting setir mencoba peruntungan di produk kecantikan, khususnya yang menyangkut kebutuhan spa dan perawatan tubuh.

“Pada 2005 bangkrut dari usaha aromaterapi, selama 2005 sampai 2007 awal, sangat susah kondisinya,” kata Sathya mengisahkan jatuh bangun bisnis orangtuanya, Rabu (28/8).

Lelaki yang merupakan generasi kedua dalam usaha keluarganya ini menceritakan setelah mengalami kebangkrutan di 2005, orangtuanya hanya punya sisa modal Rp 11 juta. Sebanyak Rp 3 juta digunakan untuk mencoba peruntungan dengan membuat produk yang dilabeli Denara Bali.

“Ketika pertama kali membuat lulur ternyata gagal. Buat sabun, pertama kali juga tidak bisa dipakai. Tapi orangtua saya sangat gigih dan tidak mudah menyerah. Selama setahun mencoba dengan sabar, akhirnya bisa menemukan formula yang pas. Jadi sejak 2008, formula itu yang masih digunakan sampai sekarang,” ungkap pria ini saat membagikan kisahnya di Workshop: Meracik Body Scrub yang diselenggarakan Tokopedia dan ShopTokopedia di Denpasar.

Baca juga:  Rayakan Kemerdekaan, GoFood Hadirkan Berburu Kuliner Lokal ala Member BTS hingga Promo Rp 1

Seiring berkembangnya zaman, ia pun memanfaatkan layanan digital untuk mengembangkan usahanya. Sathya mengakui lewat bantuan Tokopedia, usahanya mampu meningkatkan penjualan hingga berlipat-lipat. “Berdarah-darah pasti di awal. Kita memang pure dengan modal sendiri, cari cara agar bisnis ini bisa besar,” ujar pria yang fokus menekuni bisnis sejak 4 tahun lalu itu.

Lewat beragam fitur yang ditawarkan e-commerce itu, ia pun mampu menarik minat konsumen untuk membeli produknya. Namun, ia menekankan bahwa kualitas tetap harus menjadi hal utama dalam produksi. “Kita gak bisa maksa konsumen membeli tanpa memperhatikan kualitas.  Sehingga konsumen juga bisa membeli produk dengan ikhlas dan merasakan manfaat dari produk yang dibelinya,” ujarnya.

Baca juga:  GoTo Inisiasi Gerakan #BangkitBersama, Jadikan UMKM Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Ia juga menyarankan agar pelaku UMKM jeli melihat peluang. Misalnya di produk kecantikan dan perawatan diri, saat ini yang sedang naik saat ini adalah sunscreen. “Karena sekarang ini, matahari sedang terik-teriknya dan konsumen sudah teredukasi dengan baik terkait manfaat sunscreen, ada baiknya pelaku usaha juga berupaya menangkap peluang ini,” sarannya.

Sathya juga menganjurkan agar pelaku UMKM menerapkan penguatan branding atau positioning untuk produk. Misalnya untuk produk yang dikembangkan, ia memposisikannya pada upaya perawatan diri ala Spa Bali.

Diakui Communications Senior Lead Tokopedia and ShopTokopedia, Rizky Juanita Azuz, Bali merupakan salah satu wilayah yang tinggi transaksinya di kategori produk kecantikan dan perawatan diri. Bahkan dari data yang dimiliki Tokopedia dan ShopTokopedia, Bali merupakan salah satu wilayah yang pembelian produk lokalnya tinggi.

Baca juga:  Desa Adat Diminta Awasi Zona Larangan Bermain Layang-layang

Perempuan yang akrab disapa Kiki ini mengatakan ada kenaikan 8 kali lipat untuk produk kecantikan pada Januari hingga Juni 2024 bila dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Kategori produk perawatan diri juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

Dalam membatu UMKM berkembang, pihaknya berupaya menghadirkan beragam program yang bisa mempromosikan produk lokal. “Inisiatif yang dilakukan salah satunya Beli Lokal untuk UMKM lokal. Jadi masyarakat Indonesia punya pilihan yang tepat untuk membantu UMKM,” sebut Kiki.

Saat ini sudah ada jutaan penjual baik di Tokopedia maupun ShopTokopedia yang mayoritas UMKM. Pihaknya menargetkan untuk mendigitalisasi sebanyak-banyaknya pelaku usaha di Indonesia. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN