DENPASAR, BALIPOST.com – Bulan Agustus adalah bulannya nasionalisme. Sejarah mencatat banyak peristiwa penting di bulan Agustus, seperti HUT ke-79 Kemerdekaan RI. Di bulan ini juga mulai pendaftaran pasangan calon bupati/wali kota dan calon gubernur menuju Pilkada Serentak 2024. Ada sejumlah pesan anak muda Bali demi ajegnya Bali ke depan.
Ni Luh Rosita Dewi SIP, aktivisis muda dan pengiat demokrasi dalam acara Dialog Merah Putih Bali Era Baru di Warung Bali Coffee Jl. Veteran 63 Denpasar mengatakan, generasi muda tak boleh lupa proses mencapai kemerdekaan lewat perjuangan sangat berat. Sederhananya penjiwaan nasionalisme bisa ditunjukkan menjadi insan yang berbudaya, berwawasan luas dan menjalani profesi secara bertanggung jawab.
Di era kekiniaan, rasa nasionalisme kita harus ditunjukkan anak muda Bali yakni belajar dari masa lalu. Saat ini anak muda harus membawa value nasionalisme ditunjukkan dengan keterlibatan berperan mengangkat harkat martabat masyarakat.
Kedua, jangan lagi bicara soal perbedaan karena pendahulu kita sudah tuntas lewat spirit kebersamaan bukan lagi mempermasalahkan soal perbedaan. Tantangan anak muda Bali saat ini yakni merawat tradisi dan budaya Bali dan hidup sebagai makhluk individu dan sosial.
Bentuk kareakter anak muda Bali saat ini harus tampil berani alias showing. Mereka diharapkan membawa Bali jauh ke depan lewat karakter khas orang Bali yang jujur, ramah, cinta damai dan berkualitas. Inilah beban besar bagi anak muda Bali.
Menurutnya, ini juga tantangan bagi pemimpin Bali agar generasi muda Bali disiapkan secara baik agar tak kehilangan harga diri, aset dan jati dirinya. Anak muda Bali harus menangkap momentum Pilkada yakni media memperkuat persatuan, beda pilihan adalah hal biasa. Sebab disadari tujuannya satu yakni bawa Bali lebih baik.
Tantangan pemimpin Bali lagi di sektor pertanian, dimana banyaknya alih fungsi lahan. ‘’Bisakah Bali tampak asri dan sejuk selamanya? Nah ini tanggung jawab serius calon pemimpin Bali di kabupaten /kota dan provinsi. Bagaimana masa depan Bali ini harus diawasi,’’ tegasnya.
Pemerintah memiliki peran penting sebagai regulator dan eksekutor. Seperti di sektor pariwisata harus dikontrol agar aman posisi orang Bali nanti. Ini PR besar bagi pemimpin Bali,’’ ujarnya.
Dokter IG Prayoga Mahardika, S.Ked., M.H., Manggala Yowana Kabupaten Badung menegaskan etalase nasionalisme adalah Bali. Hal itu ditunjukkan krama Bali cenderung lebih sedikit bicara namun sudah banyak berbuat dalam hal nasionalisme.
Bali memiliki Puputan Badung, memiliki Gusti Made Puja yang berani menolak Piagam Jakarta saking cintanya dengan Indonesia. Kemudian I Gusti Ngurah Rai bertaruh dalam Puputan Margarana.
Tantangan generasi muda dalam nasionalisme yakni jaga adat, budaya dan tradisi Bali. Itu sudah dilakukan di kalangan sekaa teruna. Bagi dia, hal penting bagi pemimpin Bali ke depan yakni menjaga seni dan budaya Bali ini. (Made Sueca/balipost)