Salah satu pengunjung Hospital Management Asia (HMA) di Nusa Dua mencoba peralatan medis canggih yang dipamerkan. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Makin canggihnya teknologi medis membuat meningkatnya aksesibilitas layanan kesehatan dengan solusi digital. Untuk mewujudkan adopsi teknologi ini, diperlukan kemitraan kuat antara pemerintah dengan swasta. Demikian terungkap dalam diskusi panel serangkaian Hospital Management Asia (HMA) 2024 di Nusa Dua, Badung, Rabu (28/8).

Menurut salah satu pembicara, Dr. Lia Partakusuma, kemitraan strategis memiliki peran penting dalam mendorong momentum transformasi layanan kesehatan digital dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

Menurut Lia, insiden dan penyakit yang terkait dengan penyakit tidak menular seperti diabetes dan gangguan jantung meningkat pesat di Indonesia. Hal itu menyebabkan kesenjangan dalam akses dan keterjangkauan layanan kesehatan terutama di daerah pedesaan yang infrastruktur dan dukungan layanan kesehatannya terbatas.

Baca juga:  Presiden Jokowi Bertemu Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China

“Diagnosis dan pengobatan kanker juga memerlukan intervensi dini untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi pasien,” katanya.

Lia yang merupakan Direktur Medis PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (IHC) ini mengatakan kemitraan melengkapi RS dengan teknologi medis yang mutakhir.

Ia mencontohkan kerja sama dengan dari penyedia teknologi, Siemens Healthineers, mampu memberikan peningkatan pelayanan dalam diagnostic imaging dan terapi yang meningkatkan hasil klinis di berbagai kondisi medis, termasuk kanker dan penyakit kardiovaskular. Hal ini juga melengkapi RS dengan teknologi digital canggih yang menggabungkan kecerdasan buatan untuk meningkatkan kemampuan diagnostik, serta sistem pengarsipan canggih yang memastikan akses yang efisien dan aman ke data pasien di seluruh jaringan rumah sakit.

Baca juga:  Kodam dan Pers Jalin Kemitraan Demi Terpeliharanya Keamanan

Salah RS yang dikelola IHC, Bali International Hospital (BIH) yang terletak di KEK Sanur, lanjutnya, menerapkan teknologi medis ini dan menegakkan standar internasional dalam layanan untuk menjadikan Bali sebagai tujuan wisata kesehatan.

Sementara itu, Managing Director Siemens Healthineers untuk Indonesia Alfred Fahringer menyoroti secara khusus mengenai peran penting kolaborasi industri dalam mendorong inovasi digital. Dalam diskusi panel itu Alfred mengatakan Bali International Hospital dan regulator industri paham mengkombinasikan teknologi inovatif.

Baca juga:  Menkominfo Bahas Kemitraan Digital dengan Portugal

“Bersama-sama, kita dapat memberikan diagnosis dan terapi yang lebih cepat dan akurat untuk berbagai kondisi medis termasuk kanker dan penyakit kardiovaskular, sehingga membawa kita lebih dekat
untuk menjembatani kesenjangan akses dan perawatan di Bali,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN