DENPASAR, BALIPOST.com – Pariwisata Bali dinilai sejumlah pihak semakin tak berkualitas. Langkah ekstrem pun ditawarkan yakni penghapusan Visa on Arrival (VoA) yang akan menjadi filter untuk menyeleksi lebih ketat wisatawan yang dapat berlibur ke Bali.
Pengamat pariwisata Hery Angligan mengatakan, dengan sistem Pungutan Wisatawan Asing (PWA) saat ini tak cukup mampu menyeleksi wisman yang masuk ke Bali, karena nyatanya banyak kebocoran yang terjadi. “Kualitas turis yang buruk coba ditangani dengan pungutan wisatawan asing (PWA), cuma sistemnya perlu diperbaiki. Misalnya saat membayar VoA, bisa sekaligus membayar PWA, bukan di luar proses kedatangan,” ujarnya.
Untuk itu langkah ekstrem disarankan demi kualitas turis yang datang ke Bali yaitu penghapusan VoA. Menurutnya, hal itu akan memberikan efek psikologis kepada calon wisatawan bahwa untuk bisa ke Bali atau Indonesia tidak mudah seperti dulu lagi, yang mana kini perlu pengajuan visa.
Mengingat dalam pengajuan visa, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi di antaranya, rekening bank calon wisman, surat kelakukan baik dari kepolisian setempat, alasan datang ke Bali, dan track record perjalanannya, dll.
“Resiprokalkan saja sistem visa itu, contohnya ketika kita mau ke Australia atau Amerika atau negara di luar ASEAN, maka lakukan hal yang sama, setiap turis yang datang dari Australia, Amerika, dari Eropa harus apply visa agar negara memiliki waktu yang cukup untuk menyeleksi calon turis, paling tidak dari criminal record-nya di negara tersebut,” bebernya.
Dengan demikian menurutnya turis akan terseleksi lebih awal. Bahkan harga tiket pesawat mahal pun bisa menjadi sistem penyeleksi turis yang benar–benar cinta terhadap Bali. Efek–efek psikologis itu yang menurutnya akan menyaring wisman yang benar-benar cinta Bali datang ke Bali karena memang ingin berlibur di tempat yang ia sukai dan berusaha melakukan apa saja untuk datang ke Bali. (Citta Maya/balipost)