DENPASAR, BALIPOST.com – Transportasi massal yang dimiliki Pemerintah Provinsi Bali, yaitu Trans Metro Dewata (TMD) kini telah melayani masyarakat Bali selama 4 tahun. Namun, berbagai kendala masih dihadapi, sehingga transportasi publik ini minim penumpang.
Hal ini diakui oleh operator bus TMD, PT. Satria Trans Jaya. Direktur Utama Satria Trans Jaya, Ketut Edi Dharma Putra, Jumat (6/9) mengatakan salah satu kendala yang dihadapi adalah keberadaan feeder atau kendaraan pengumpang. Ia menilai feeder penting untuk menciptakan transportasi publik terintegrasi.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong pengadaan feeder. “Kami evaluasi, seperti kami sampaikan, perlu ada suatu yang terintegrasi. Jadi sekarang kan belum terintegrasi. Begitu sampai di halte, tidak ada yang menjemput (penumpang). Itu dia feeder,” ujar Edi ditemui di sela-sela perayaan HUT ke-4 Satria Trans Jaya.
Rencananya, feeder ini akan berbentuk seperti angkutan minibus yang biasa disebut bemo. Feeder bertugas untuk menjemput penumpang di halte, untuk kemudian diantar ke tempat tujuan.
Selain dapat meningkatkan kualitas transportasi publik, Edi memandang feeder hadir dengan ongkos yang lebih rendah. Sehingga, penumpang tak perlu memesan tranportasi lainnya yang disebut menelan biaya lebih tinggi.
“Karena begitu turun di halte, sudah ada angkutan. Tujuan angkutan umum itu kan biaya terjangkau. Kalau dia turun, nggak ada angkutan, dia cari online, kan mahal jadinya,” jelas Edi.
Terkait pengadaan feeder ini, Edi berharap agar pemerintah di kabupaten/kota area Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan (Sarbagita) dapat memfasilitasinya. Sejauh ini, baru satu feeder telah beroperasi di wilayah Sanur, Denpasar.
Selain mendorong pengadaan feeder, Edi juga menyoroti banyaknya tempat pemberhentian bus yang perlu dibenahi. Pasalnya, hanya halte Jalan PB Sudirman Denpasar yang dikatakan layak.
Sementara halte sisanya, disebut masih berupa bus stop atau sekadar pemberhetian bus biasa. Ini, dipandang kurang memberikan rasa nyaman kepada penumpang. Sehingga, masyarakat enggan menaiki transportasi publik. Edi berharap pemerintah dapat turun tangan untuk melakukan renovasi pada sejumlah halte.
“Kami berharap begitu (renovasi halte). Angkutan umum tanggung jawab pemerintah. Sekarang kan pemerintah pusat yang menyiapkan ini (Trans Metro Dewata,red) melalui APBN. Kami harapkan provinsi, kabupaten/kota juga melaksanakan hal yang sama (renovasi halte,red),” pungkasnya.
Berdasarkan data, jumlah penumpang Bus TMD sepanjang tahun 2023 hanya 2.074.339 orang dengan load faktornya baru mencapai 39,87 %. Sedangkan, pada tahun 2024 ini (hingga Juni 2024) baru mencapai 885.103 orang atau 15,62 %. Padahal, biaya operasional yang dikeluarkan mencapai Rp4 miliar per bulan yang masih disubsidi dari APBN.
Saat ini Bali memiliki total 105 armada Bus TMD. Sebanyak 95 unit diantaranya dioperasikan setiap hari yang tersebar di 6 koridor yang ada. Dengan rincian, 18 unit di K1B (Sentral Parkir Kuta – Terminal Pesiapan Tabanan PP), 18 unit di K2B (Terminal Ubung – Bandara PP), 12 unit di K3B (Terminal Ubung – Sanur PP), 17 unit di K4B (Terminal Ubung – Sentral Parkir Monkey Forest PP), 17 unit di K5B (Sentral Parkir Kuta – Politeknik Negeri Bali – Titi Banda PP), dan 13 unit di K6B (Sentral Parkir Kuta – Bandara – Sentral Parkir Nusa Dua PP). (Ketut Winata/balipost)