I Kadek Darsika Aryanta. (BP/Istimewa)

Oleh I Kadek Darsika Aryanta

Desain instrumen Asesmen Nasional 2024 yang terlalu berfokus pada pengukuran kompetensi literasi dan numerasi secara terpisah, tanpa mempertimbangkan konteks pembelajaran yang lebih luas, patut dipertanyakan.

Studi literatur menunjukkan bahwa keberhasilan siswa tidak semata-mata ditentukan oleh penguasaan keterampilan dasar, melainkan juga oleh faktor-faktor seperti motivasi intrinsik, kemampuan berpikir kritis, dan kreativitas. Hasil analisis data empiris dari beberapa sekolah mengindikasikan adanya disonansi antara hasil asesmen dengan capaian pembelajaran siswa dalam kehidupan nyata.

Selain literasi dan numerasi, hasil asesmen nasional juga mengukur karakter siswa melalui survei. Survei karakter siswa ini akan menghasilkan profil perkembangan karakter secara umum, profil pencapaian setiap karakter, dan profil pencapaian indikator karakter.

Survei Karakter memuat beberapa hal yang bisa digali dan menilai karakter yang ada di dalam diri murid seperti gotong royong, kebhinekaan, dan ada tidaknya
potensi melakukan tindakan perundungan (bullying) baik di lingkungan sekolah dan di kehidupan sehari-hari.

Karena program Merdeka Belajar menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Sesuai dengan arahan kemendikbud, asesmen nasional dilakukan sebagai pemetaan dasar dari kualitas pendidikan yang ada di lapangan, sehingga tidak ada konsekuensi bagi sekolah dan murid.

Baca juga:  Transportasi Daring, Menunggu Regulasi Bijak

Hasil ini dilaporkan dalam bentuk rapor pendidikan yang dirilis setiap tahun oleh kemendikbud. Laporan hasil asesmen yang menjelaskan profil kekuatan dan area perbaikan tiap sekolah dan daerah. Letak permasalahan ada disini. Dimana kemampuan sekolah dalam menganalisis hasil baseline kualitas pendidikan sekolahnya masing-masing masih bervariasi.

Kemampuan menganalisis masalah dari tiap sekolah terhadap hasil asesmen nasional memang masih perlu diitngkatkan. Walaupun data yang diberikan secara gamblang dan hasil analisis sudah diberikan kadangkala sekolah masih belum begitu khawatir terhadap hasilnya karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya tidak ada konsekuensi logis yang diimplementasikan kepada sekolah tersebut.

Asesmen Nasional 2024, dalam bentuknya saat ini, belum sepenuhnya mampu memberikan gambaran yang akurat tentang kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan ada beberapa potret yang masih luput dalam data rapor pendidikan seperti prestasi siswa, dan persepsi siswa terhadap kepuasan siswa dalam melakukan pembelajaran terhadap guru.

Baca juga:  BKPM Kaji Dampak Penutupan SVB

Pelaksanaan asesmen nasional sekaran ini, bagaikan pisau bermata dua yang menancap dalam tubuh
pendidikan kita. Di satu sisi, mereka berdalih ingin meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, di sisi lain, ujian ini justru semakin memperuncing jurang antar
sekolah.

Jangan sampai Asesmen Nasional ini juga menjadi alat bagi pemerintah dan para penguasa untuk menyembunyikan kegagalan mereka dalam membangun sistem pendidikan yang merata dan berkeadilan. Mereka menyalahkan guru, menyalahkan siswa, namun tidak pernah mau mengakui bahwa akar masalahnya terletak pada sistem pendidikan yang timpang dan kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.

Dengan adanya asesmen nasional, guru diharapkan lebih berfokus pada proses pembelajaran. Hal ini mendorong sekolah untuk tidak hanya mengejar nilai semata, tetapi juga memperbaiki kualitas pembelajaran secara menyeluruh.

Sekolah juga dapat mengambil langkah-langkah yang lebih tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Misalnya, dengan mengetahui siswa kurang kuat pada suatu kompetensi tertentu, sekolah dapat menyusun program perbaikan pembelajaran yang lebih efektif.

Baca juga:  Pengerukan Bukit Masif, Dewan Segera Turun Observasi

Tidak hanya itu saja, asesmen nasional juga dapat mendorong sekolah untuk terus berinovasi dalam mencari metode pembelajaran yang lebih efektif dan menarik bagi siswa. Dampak dari pelaksanaan asesmen nasional yang sangat baik ini perlu juga disikapi agar sekolah mampu melaksanakan program yang sesuai dengan apa yang sekolah butuhkan sesuai dengan hasil asesmen nasional.

Hasil AN harus digunakan sebagai dasar untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas, bukan hanya untuk mengejar peningkatan nilai. Selain itu, perlu dibangun kolaborasi yang kuat antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan.

Tantangan yang masih perlu di hadapi dalam pelaksanaan asesmen nasional adalah kualitas instrumen asesmen sangat penting untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliabel. Perlu dilakukan pengembangan instrumen yang lebih baik dan terus-menerus dilakukan evaluasi.

Penulis, Fasilitator Sekolah Penggerak Kemendikbud, Guru Fisika SMAN Bali Mandara, Dosen Praktisi Mengajar PGSD Undiksa

BAGIKAN