DENPASAR, BALIPOST.com – Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Galungan dan Kuningan, terdapat potensi peningkatan risiko inflasi, terutama pada tiga komoditas, yakni beras, daging babi, dan cabai rawit.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali Erwin Soeriadimadja, Jumat (6/9) mengatakan, beras yang merupakan salah satu komoditas dengan bobot tertinggi menghadapi tantangan, seperti penurunan luas panen, pengiriman gabah keluar Bali, dan ketersediaan beras yang cenderung defisit saat arus wisatawan tinggi, di tengah belum optimalnya rice milling unit (RMU) di Bali.
Untuk memitigasi risiko tersebut, rapat koordinasi menyepakati beberapa langkah tindak lanjut dalam kerangka strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif).
Di sisi ketersediaan pasokan, kerja sama antar daerah akan ditingkatkan untuk menjamin pasokan dengan harga kompetitif, serta mendorong pengembangan ekosistem ketahanan pangan dengan perumda sebagai offtaker melalui contract farming.
Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) akan dilanjutkan untuk meningkatkan pasokan pangan di tingkat rumah tangga, serta penanaman padi varietas unggul di lahan marjinal dan pemanfaatan lahan tidur untuk meningkatkan produktivitas.
Dari sisi keterjangkauan harga, TPID se-Bali sepakat untuk melanjutkan operasi pasar dan bazar pangan
murah secara lebih masif dengan melibatkan perumda, Perum Bulog, dan pemerintah daerah.
Sementara itu, Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Bali, Maruly Abraham Syah, menyampaikan pihaknya akan meningkatkan penyaluran beras dan melaksanakan operasi pasar lebih intensif untuk menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga.
”Bulog akan berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan Bank Indonesia, untuk memastikan stabilitas pasokan dan harga tetap terjaga,” ujar Maruly. (Citta Maya/balipost)