DENPASAR, BALIPOST.com – Hari Raya Galungan dan Kuningan kali ini dalam suasana Pilkada Serentak 2024. Momentum langka ini mestinya dimanfaatkan oleh paslon yang bersaing menjadi pemimpin di Bali baik di pilkada kabupaten/kota dan Pilkada Bali untuk mengendalikan diri  dan  berlandaskan Dharma dalam meraih kemenangan.

Hal itu terungkap dalam  acara Dialog Merah Putih Bali Era Baru, di Warung Bali Coffee, Jalan Veteran 63 Denpasar, Selasa sore, 17 September 2024.

Baca juga:  Meningkatkan Kepekaan Humanisme dalam Ber-"Yadnya"

Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak mengatakan melalui perayaan Hari Suci Galungan kita bersama  diuji untuk teguh menjalankan Dharmaning Agama dan Dharmaning Negara.

Bagi dia, ritual Galungan yang kebetulan bersamaan dengan hari pertama masa kampanye  jangan dikorbankan dengan kampanye hitam hanya untuk meraih kemenangan.

Godaan tiga kala wisesa juga diungkapkan  pengamat agama Hindu yang juga Dosen Unhi Denpasar, I Gusti Ketut Sudiana.

Baca juga:  Bersama Belasan Ribu Perempuan, Gubernur dan Ny. Putri Koster Sambut Ibu Negara

Ia memaparkan Galungan adalah bentuk syukur umat memenangkan dan menegakkan Dharma bukan negakin Dharma dalam artian menyalahgunakan Dharma.

Momentum ini dipakai pemimpin Bali dan pemilih untuk mengarahkan pikiran positif.

Sementara itu seniman yang juga mantan pengurus KPU Bali, Dr. Ketut Sukawati Lanang Perbawa yakin semua calon pemimpin Bali yang bersaing di Pilkada memiliki perhatian dengan agama Hindu dan budaya Bali.

Baca juga:  Menhub Terjangkit COVID-19, Kepala Otban Minta Jangan Panik

Saat Galungan dan Kuningan kita memperkuat atma kerthi dan jagat kerthi. Di sinilah calon pemimpin Bali akan diuji satya wacana dan perbuatannya dalam memajukan budaya dan adat Bali serta agama Hindu.

Makanya dia menyebutkan saat Galungan pemimpin diuji. Sangat tak elok mengerahkan massa saat hari suci, apalagi tempat suci dilarang dijadikan tempat kampanye. (Sueca/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN