SINGARAJA, BALIPOST.com – Pascapemugaran pura sejak dua bulan lalu, pengempon Pura Dalem Puri, Desa Adat Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng menggelar piodalan agung yang puncaknya pada Hari Sugihan Jawa, Kamis (19/9).
Upacara piodalan agung Menawa Ratna ini tergolong spesial karena diperingati setiap 25 tahun sekali.
Rangkaian upacara mulai dilaksanakan sejak Selasa, 17 September 2024.
Ribuan pengempon Pura Dalem Puri mengiringi 22 sarad untuk melaksanakan mapeningan atau melasti ke Segara Kubutambahan.
Termasuk, Ida Bhatara dari Pura Yeh Lesung, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan juga ikut berpartisipasi. Pasalnya keberadaan Pura Yeh Lesung dan beberapa pura lainnya di Desa Bungkulan ini memiliki kaitan yang erat dengan Desa Adat Kubutambahan.
Panglingsir Pura Dalem Puri, Jro Arthamat menjelaskan saat pelaksanaan kegiatan mapeningan atau melasti, juga dilakukan upacara mendak beberapa sesuhunan Ida Bhatara.
Selanjutnya, secara bersama-sama menuju Pura Dalem Puri untuk menyaksikan piodalan agung yang diperingati setiap 25 tahun sekali.
Arthamat menjelaskan keberadaan Pura Dalem Puri mencerminkan fungsi yudikatif karena sebagai ‘pengadilan’ atau tempat penghukuman.
Bahkan pura yang berdiri megah di pinggir Pantai Kubutambahan ini diyakini sebagai pura paling keramat di Desa Adat Kubutambahan sendiri.
Pihaknya bersyukur, pembangunan pura yang dilaksanakan sejak dua bulan melalui urunan krama ini bisa berjalan dengan sukses.
Apalagi, sejumlah upacara yang dilaksanakan mulai dari mendem pedagingan, malaspas areal pura, mapepada hingga mapeningan bisa berjalan dengan sukses.
Pihaknya tentu berterima kasih kepada seluruh pangempon pura dan masyarakat yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena dengan kegotongroyongan yang kuat, upacara semegah dan sebesar ini bisa terlaksana dengan baik. (Nyoman Yudha/balipost)