MANGUPURA, BALIPOST.com – Penanganan retakan tebing Uluwatu tidak mempengaruhi aktivitas umat Hindu di Pura Luhur Uluwatu.
Para pemedek yang akan tangkil, menurut Pemangku Pemucuk Pura Luhur Uluwatu Jro Mangku Gede Wayan Sentana, Senin (23/9), bisa melakukannya seperti sebelum penanganan retakan. “Termasuk pada momen Galungan tahun ini, tidak ada pengaturan khusus,” kata Sentana.
Jro Mangku menjelaskan, Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu Pura Sad Khayangan yang menjadi pusat kegiatan spiritual keagamaan dan warisan cagar budaya. Pura ini berada di arah barat daya pulau Bali tempat berstana Linggih Dewa Rudra.
Umat yang bersembahyang, jelas Jro Mangku, akan diarahkan ke area Jero Pura. Sedangkan wisatawan hanya boleh di area jaba sisi. Pengaturan ini sudah diterapkan sejak 1995.
Mengenai proyek penanganan keretakan tebing, ia menyebut sudah direncanakan sejak lima tahun lalu dengan melihat kondisi keretakan tebing dan abrasi pantai di bawah tebing. Namun karena kondisi COVID-19, baru bisa dilaksanakan pada tahun ini.
“Ini menjadi upaya secara sekala untuk menyelamatkan tebing dan pura ini,” jelasnya.
Mengenai adanya pemangkasan tebing di kawasan ini, menurutnya, untuk memperoleh akses jalan guna membawa material penataan pantai. Setelah proyek selesai, jalan itu nantinya juga untuk akses perawatan tebing dan penahan abrasi pantai.
“Jadi bukan untuk kepentingan pariwisata. Nanti jalannya akan ditutup untuk umum,” jelasnya dalam keterangan tertulis.
Selain itu, kawasan yang dibuka untuk kepentingan proyek nantinya akan dipulihkan kembali menjadi hutan yang ditanami dengan pohon bekul dan tanaman buah lainnya yang bisa menjadi makanan bagi monyet di kawasan itu.
Sebelum proyek dilaksanakan, katanya, telah dilaksanakan upacara Matur Piuning, ngeruwak dan dan Pekelem. Tujuannya, untuk memohon agar proyek dapat berjalan lancar dan tujuannya dapat tercapai. (kmb/balipost)