Petugas memindahkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Gudang Bulog, Sempidi, Badung. Dari Januari hingga pertengahan September 2024, penyaluran beras SPHP mencapai 8.371.855 kilogram. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com  – Total keseluruhan penyaluran beras stabilisasi pasokan harga pasar (SPHP) di Bali cukup tinggi. Hingga pertengahan September ini sudah hampir 85 persen dari targetnya.

Menurut Asisten Manajer Pelayanan Publik Bulog Bali, Dewa Ayu Widiastuti, Minggu (29/9), target penyaluran beras SPHP di Bali hingga akhir tahun mencapai 10.200.000 kilogram. “Jika dilihat dari total keseluruhan penyaluran hingga pertengahan September ini sudah sebesar 82,95 persen,” katanya.

Baca juga:  Selama Lebaran, XL Perkuat Jaringan di Tiga Jalur Utama Penyeberangan Laut

Berdasarkan data dari Bulog Wilayah Bali secara total penyaluran beras SPHP dari Januari hingga pertengahan September mencapai 8.371.855 kilogram.

Rinciannya, pada Januari 2024, beras SPHP yang disalurkan mencapai 493.355 kilogram, Februari 1.001.315 kilogram, Maret 939.240 kilogram, April 882.610 kilogram, Mei 933.910 kilogram dan Juni 641.940 kilogram. Kemudian Juli melonjak lagi 1.531.400 kilogram, Agustus 1.284.400 kilogram, dan hingga pertengahan September beras SPHP yang disalurkan mencapai 603.980 kilogram.

Baca juga:  Stok Bulog Bali Cukup hingga Akhir Tahun

Dikatakannya, beras SPHP ini menjadi pilihan masyarakat di saat harga beras melambung. Meski saat ini harga sudah cenderung turun atau tidak semahal awal tahun lalu, permintaan beras SPHP diakuinya tetap tinggi.

Dikatakannya, selisih harga beras SPHP dengan harga beras komersil di pasaran cukup tinggi. Harga Eceran Tertinggi (HET) beras SPHP mencapai Rp12.500 per kilogram untuk kemasan 5 kilogram. Sementara beras komersil, Rp15.000 per kilogram untuk jenis beras medium atau lokal dan Rp16.000 per kilogram untuk jenis premium.

Baca juga:  Diduga Terpeleset, Subrata Hanyut di Sungai

Penyaluran beras SPHP ini dikatakannya terus berlangsung, terlebih di tengah Hari Raya Galungan dan Kuningan saat ini. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengantispasi lonjakan harga beras di pasaran. (Widiastuti/bisnisbali)

BAGIKAN