Masalah pengelolaan sampah di Bali hingga kini belum terselesaikan. Nampak sampah berserakan di sekitar tempat sampah yang berlokasi di lapangan Denpasar. (BP/Melynia Ramadhani)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masalah pengelolaan sampah di Bali hingga kini belum terselesaikan. Apalagi, 2 TPST di Kota Denpasar dihentikan pengoperasiannya. Namun, Bali kini mendapatkan angin segar terkait pengelolaan sampah setelah perusahaan asal China, Weiming Environment Protection Group tertarik untuk berinvestasi dalam pengelolaan sampah di Bali. Nilai investasinya diperkirakan sebesar 225 juta dolar AS.

Perusahaan tersebut sempat menemui Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya pada September 2024 lalu di rumah jabatannya, Jayasabha, Denpasar. Namun demikian, belum ada perkembangan terkait bentuk kerja sama dengan perusahaan asal China itu.

Baca juga:  Puncak Panca Wali Krama, Ribuan Umat Hindu Hadir di Pura Mandara Giri Semeru Agung

Sekretaris Daerah (Sekda) Bali, Dewa Made Indra mengatakan bahwa perusahaan China tersebut baru melakukan pendekatan-pendekatan, cek lokasi, serta mempelajari potensi-potensinya. Sehingga, masih banyak yang harus dilakukan calon investor agar yakin berinvestasi terkait pengelolaan sampah di Bali. Ia menegaskan jika rencana tersebut masih penjajakan.

Dewa Indra mengatakan, apabila perusahaan China tersebut setuju mengelola masalah sampah di Pulau Dewata, Pemprov Bali harus memberi persetujuan terlebih dahulu mengenai teknologi yang digunakan. “Macam-macam teknologi pengolahan sampah itu, mereka masih melakukan cek lapangan, apalagi ini untuk pengelolaan sampah seluruh Bali, itu tadi pentingnya dia melakukan studi,” ujar Dewa Indra belum lama ini.

Baca juga:  Distribusikan Kartu Pengungsi, Gubernur Minta Kades Isi Dengan Akurat

Ia mengungkapkan rencana pengolahan sampah oleh investor di Bali juga sebagai upaya mendorong agar tempat pembuangan akhir (TPA) Sarbagita Suwung ditutup lebih cepat. Oleh sebab itu, Pemprov Bali masih menunggu teknologi yang hendak dipakai investor dalam pengelolaan sampah tersebut.

Pria asal Buleleng mengakui persoalan sampah masih menjadi isu yang krusial untuk ditangani di Pulau Dewata. Ia menilai Bali membutuhkan pengelolaan sampah yang modern yang kapasitasnya bisa menyerap produksi sampah lebih banyak dengan biaya yang lebih murah. Rencananya, perusahaan China itu di tahap awal akan memproses 1.500 ton sampah per hari. Kemudian 750 ton per hari di tahap kedua. Nilai investasi sebesar US$ 225 juta itu juga akan dialokasikan US$ 160 juta untuk tahap pertama. Proyek ini juga menggunakan pengolahan sampah model build-operate-own (BOO) dengan jangka waktu waralaba selama 40 tahun.  (Ketut Winata/balipost)

Baca juga:  Kumulatif 193 Kasus Positif COVID-19, 3 Daerah Ini Catatkan Penambahan Warga Terjangkit
BAGIKAN