AMLAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Kabupaten Karangasem secara turun temurun menjaga tradisi Mageret Pandan.

Tradisi ini, dilaksanakan setiap tahunnya oleh desa adat setempat.

Kegiatan geret pandan ini, dilakukan sebagai bentuk penghormatan warga Tenganan kepada Dewa Indra sebagai dewa perang.

Kelian Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, I Wayan Tisna mengungkapkan, tradisi Mageret Pandan ini rutin dilakukan desa adat setiap tahunnya.

Baca juga:  Desa Adat Padangbulia Sambut Baik Usulan Maamukan-amukan Masuk WBTB

Kata dia, mageret pandan ini Usaba Sambah. Upacara Usaba Sambah ini dilaksanakan selama satu bulan penuh dari akhir Mei sampai Juni.

Ia menyebut Usaba Sambah ini dilaksanakan tiga kali dalam setahun. Yakni Juni dilaksanakan sebanyak dua kali dan Juli sekali yang memakai kalender khusus yang dimiliki desa adat.

Tisna mengatakan, pelaksanaan tradisi Mageret Pandan di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad memiliki maknanya sebagai simbol penghormatan kepada Dewa Indra sebagai Dewa Perang.

Baca juga:  Dari Tutup Akses Wisata di 3 Pantai hingga Pasti Ditolak Jadi Anggota Komcad

Ia meyakini para pendahulu di desa tersebut adalah prajurit perang yang tangguh sehingga ini menjadi sejarah dan erat kaitannya dengan penghormatan kepada dewa perang yaitu Dewa Indra.

Menurut Tista, tradisi ini adalah bagian dari pelestarian serta mendukung keberlangsungan yang ada di Desa Tenganan dan merupakan desa tua di Karangasem.

Mageret pandan ini juga melambangkan ketulusan. Setelah melakukan geret ini, tidak ada yang dendam ataupun emosi. Semua dilakukan dengan suka cita. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Hubungkan Subagan dengan Pertima, Jembatan Darurat Mulai Dibangun

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN