BANGLI, BALIPOST.com – Krama Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani hingga saat ini masih melestarikan sejumlah tradisi yang diwariskan para leluhur.
Salah satunya tradisi ngejot banten untuk bayi yang baru pertama kali melewati hari raya Galungan.
Seperti yang terlihat saat Galungan beberapa waktu lalu.
Warga yang memiliki bayi tampak menerima sejumlah banten jotan yang dibawakan oleh keluarga dan tetangganya.
Banten tersebut ditempatkan jadi satu di atas meja dekat tempat tidur bayi.
Banten itu nantinya dihaturkan dan ditatab oleh si bayi pada Umanis Galungan.
Secara umum banten jotan berisi jajan, buah dan diatasnya berisi canang. Terdapat sedikit perbedaan antara banten jotan untuk bayi laki-laki dan bayi perempuan.
Banten jotan untuk bayi laki-laki berisi dua buah tumpeng kecil dan diatasnya diisi sampian tumpeng. Sedangkan bayi perempuan berisi hanya satu tumpeng dan diatasnya berisi kepetan.
Kelian Desa Adat Selulung I Putu Santosa, pada Minggu, 6 Oktober 2024 mengatakan tradisi ngejot banten untuk bayi yang baru pertama kali melewati hari raya Galungan sudah diwarisi Krama Desa Adat Selulung sejak dahulu. Sampai saat ini tradisi itu masih tetap lestari.
Secara umum tradisi ngejot Banten memiliki makna ungkapan rasa syukur dan ikut berbahagia atas kelahiran bayi yang baru pertama kali melewati Galungan.
Selain itu tradisi tersebut juga memiliki makna untuk mempererat hubungan kekeluargaan antar warga.
Santosa mengatakan banten jotan yang diterima oleh orang tua si bayi nantinya dihaturkan kepada Sang Hyang Kumara untuk selanjutnya ditatab.
Selain tradisi ngejot Banten, di Desa Adat Selulung juga ada tradisi sangkepan untuk bayi berusia tiga bulan. Makna dari tradisi sangkep yakni memperkenalkan bayi dengan lingkungan Pura. (Dayu Swasrina/balipost)