Ilustrasi - Petugas perbankan mengecek uang tunai sebelum didistribusikan. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Cadangan devisa Indonesia diproyeksikan akan berada di kisaran 145 sampai 155 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun 2024.

Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia di posisi sebesar 149,9 miliar dolar AS pada September 2024, atau menurun 300 juta dolar AS dibandingkan sebesar 150,2 miliar dolar AS pada akhir Agustus 2024.

“Kami memproyeksikan cadangan devisa akan berkisar antara 145-155 miliar dolar AS pada akhir tahun ini. Oleh karena itu, kami mengantisipasi nilai tukar rupiah akan berada pada kisaran Rp 15.300 sampai 15.600 per dolar AS pada akhir 2024,” ujar Chief Economist Permata Bank Josua Pardede di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (8/10).

Baca juga:  Tren Marketplace Diproyeksikan Bakal Surut

Josua menjelaskan, sentimen risk-on yang didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) pada sisa tahun 2024 akan mulai berkurang seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan pasar tenaga kerja AS yang membukukan data yang kuat. “Sehingga, memberikan tekanan pada cadangan devisa dan stabilitas rupiah,” ujar Josua.

Kemudian, lanjutnya, kemungkinan sentimen risk-off akan meningkat di masa mendatang seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama antara Israel dan Iran, yang dapat meningkatkan permintaan untuk aset-aset yang aman dan memicu arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dikombinasikan dengan data pasar tenaga kerja AS yang kuat, Ia menjelaskan ketegangan yang meningkat juga dapat meningkatkan harga minyak global, sehingga menimbulkan risiko terhadap kemajuan disinflasi di AS.

Baca juga:  AS Berinvestasi Untuk Sistem Kesehatan RI

Hal tersebut, lanjutnya, dapat menunda atau membatasi ruang gerak The Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya, sehingga membuat aset-aset AS menjadi lebih menarik bagi investor. “Akibatnya, dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang global,” ujar Josua.

Apabila kondisi tersebut terus berlanjut, Ia memperkirakan BI akan menggunakan cadangan devisanya untuk mengintervensi pasar valuta asing (valas) dan menstabilkan nilai tukar rupiah, sehingga akan berpotensi mengurangi cadangan devisa.

“Namun, jika ketegangan geopolitik mereda, masih ada potensi untuk arus modal masuk. Mengingat fundamental dan prospek ekonomi Indonesia yang relatif lebih kuat dibandingkan dengan negara-negara lain,” ujar Josua.

Baca juga:  Penyebab Ambruknya Atap di BEI, Polisi Bantah Serangan Bom

Dalam kesempatan ini, Ia menjelaskan bahwa Indonesia mencatatkan arus modal masuk bersih sebesar 2,76 miliar miliar dolar AS di pasar saham dan obligasi sepanjang September 2024, yang mana kepemilikan investor asing pada Surat Berharga Negara (SBN) meningkat menjadi 1,34 miliar dolar AS. “Sementara investor asing membukukan net buy sebesar 1,42 miliar dolar AS di pasar saham,” ujar Josua.

Di sisi lain, lanjutnya, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) melaporkan arus keluar bersih sebesar 3,47 miliar dolar AS pada September 2024.

Kemudian, pemerintah pada periode sama menerbitkan obligasi global dalam dua mata uang yang terdaftar di Securities and Exchange Commission (SEC), masing-masing sebesar 1,8 miliar dolar AS dan 750 juta Euro. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN