DENPASAR, BALIPOST.com – Hari ini, Sabtu (12/10), tepat 22 tahun peristiwa kelam tragedi Bom Bali di Kuta. Ratusan jiwa manusia menjadi korban tindakan terorisme.
Luka mendalam tertinggal hingga kini. Peringatan tetap dilakukan, mengenang para korban dan mengingatkan umat manusia agar peristiwa serupa tak terulang.
Malam minggu, 22 tahun lalu dunia dikejutkan dengan ledakan bom di jantung pariwisata Bali, Kuta. Paddy’s Cafe dan Sari Club di kawasan terpadat wisata Kuta menjadi sasaran serangan kelompok teroris.
Tercatat sebanyak 164 warga negara asing dan 38 warga negara Indonesia meninggal dunia.
Sedangkan 209 orang lainnya mengalami luka-luka parah.
Warga negara Australia menjadi korban terbanyak, disusul, Inggris, Amerika, Jerman, Swedia, Belanda, Prancis, Denmark. Selandia Baru dan Swiss. Peringatan tahun ini akan digelar di Monumen Ground Zero.
Dinas Pariwisata Kabupaten Badung disebutkan akan melaksanakan dengan tetap berkoordinasi dengan Yayasan Isana Dewata. Sebelumnya peringatan Bom Bali di Ground Zero dilaksanakan LPM Kuta bersama Yayasan Isana Dewata.
Ni Luh Mendri, dalam sebuah wawancara di Bali Post Talk setahun lalu menceritakan bagaimana trauma yang dialaminya setelah sang suami, seorang security di Sari Club menjadi salah satu korban Bom Bali. Mendri harus membesarkan dua anaknya yang saat itu masih kecil.
Perjuangan hidup yang mesti dijalani penuh ketabahan menjadi ibu sekaligus ayah bagi kedua anaknya.
Mendrimengakui masih merasa trauma. Bayangkan saja, saat mendengar kabar Bom meledak di tempat suaminya bekerja. Mendri membayangkan bahwa sebagai security yang berjaga di pintu depan Sari Club, tentu saja sang suami berada sangat dekat dengan mobil L300 yang bermuatan bom.
Mendri harus menunggu hingga sebulan kemudian untuk mengenali jasad suaminya. Itu setelah ada tim forensik dari Australia yang melakukan pengecekan DNA. Mendri mengaku tak sanggup melihat jenazah suaminya.
Dampak cukup besar dirasakan secara ekonomi. Dengan peristiwa Bom, Pariwisata Bali sempat mati suri. Citra Bali yang tidak lagi aman, membuat banyak turis beberapa saat setelah bom meledak meninggalkan Bali. Meski kemudian pemulihan berjalan cukup baik, berkat dukungan warga dunia kepada Bali.
Setelah 22 tahun berlalu, Monumen Bom Bali di ground zero tetap menjadi saksi bisu tragedi kelam kemanusiaan ini. Nama-nama korban terpahat rapi di monumen akan tetap mengingatkan kepada semua pihak, bahwa kebencian yang dilampiaskan dengan kekerasan hanyalah menghasilkan pilu. Semoga kejadian serupa tidak pernah lagi terulang di Bali dan di tempat mana pun di seluruh muka bumi ini. (kmb/balipost)