DENPASAR, BALIPOST.com – Jika kalian sering merasakan kedutan berulang atau pengulangan suara tiba-tiba yang disebut “tic,” jangan disepelekan. Bisa jadi kalian terkena sindrom Tourette.
Sindrom Tourette adalah adalah kondisi sistem saraf yang menyebabkan orang membuat kedutan, gerakan, atau suara tiba-tiba yang berulang.
Dilansir dari situs nhs.uk, penyakit ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, namun tics dan gejala lainnya biasanya membaik setelah beberapa tahun dan bisa saja hilang sepenuhnya. Tidak ada obat untuk sindrom Tourette, namun pengobatan dapat mengurangi gejala. Orang dengan sindrom Tourette mungkin juga mengalami obsessive compulsive disorder (OCD), attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), atau ketidakmampuan belajar.
Penyebab sindrom Tourette masih belum diketahui. Namun, ada dugaan bahwa sindrom Tourette terkait dengan kondisi berikut, dilansir dari Alodokter:
-Kelainan pada zat kimia otak (neurotransmitter) dan struktur atau fungsi basal ganglia, yaitu bagian otak yang mengontrol gerak tubuh.
-Gangguan yang dialami ibu, seperti stres dalam masa kehamilan, proses persalinan yang berlangsung lama, atau bayi lahir dengan berat badan rendah.
-Anak laki-laki dan anak-anak dengan anggota keluarga yang menderita sindrom Tourette atau kelainan tic lainnya berisiko lebih tinggi terkena sindrom Tourette.
Mengutip dari situs Halodoc, gejala utama sindrom Tourette adalah tics, yakni gerakan atau suara yang tiba-tiba dan berulang. Gejala dapat bervariasi mulai dari ringan hingga berat dan berdampak pada kualitas hidup individu yang terkena.
Tics dibagi menjadi tics sederhana dan tics kompleks. Tics yang sederhana melibatkan sedikit kelompok otot, sedangkan tics kompleks melibatkan banyak kelompok otot. Tics motorik biasanya muncul lebih dulu dari tics vocal.
Pada tics sederhana, gejala motorik yang sering ditemukan adalah kedipan mata, sentakan kepala, mengangkat bahu, pandangan mata yang beralih, kedutan hidung, gerakan mulut yang aneh. Sementara gejala vokal yang umum adalah mengerang, batuk, berdeham, dan menggonggong.
Pada tics kompleks, gejala motorik yang sering ditemukan adalah menyentuh dan mengendus barang, gerakan yang berulang, melangkah dengan pola tertentu, gerakan senonoh, membungkuk atau memutar badan, dan melompat-lompat.
Sementara itu, mengulang kata-kata orang lain, menggunakan kata-kata kasar, dan mengumpat menjadi gejala vocal yang mudah untuk diperhatikan dari pengidap.
Pengobatan Sindrom Tourette
Tidak ada penanganan definitif untuk sindrom Tourette, namun tujuan pengobatan adalah untuk meredakan gejala. Secara umum, obat psikotik akan diberikan kepada penderita. Tujuannya adalah untuk mengurangi kadar dopamin dalam otak sehingga individu dapat mengontrol tics. Botox dapat digunakan untuk mengurangi gejala yang terkait dengan otot. Stimulan seperti methylphenidate bermanfaat untuk mengatasi gejala ADHD pada pasien dengan sindrom Tourette.
Terkadang, dokter meresepkan obat penurun tekanan darah yang membantu mengatasi gejala seperti serangan impulsif. Selain itu, antidepresan dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan dan gangguan mood.
Studi terbaru menunjukkan manfaat pemberian obat-obatan anti kejang seperti topiramat pada pasien sindrom Tourette. Bagi sindrom Tourette yang terkait dengan kondisi psikologis, terapi kognitif dan perilaku dapat membantu meredakan gejala dan membantu penyandangnya mengatasi dampak psikologis. (Cahya Dwipayanti/balipost)