TABANAN, BALIPOST.com – Desa Nyambu, Kecamatan Kediri, Tabanan, menyimpan potensi luar biasa dengan 60 persen wilayahnya merupakan lahan pertanian yang subur, serta kekayaan budaya yang tercermin dari keberadaan 67 pura.

Potensi inilah yang menjadi fondasi utama dalam menjadikan Desa Nyambu sebagai desa wisata sejak 2016.

Meski sempat vakum akibat pandemi COVID-19, kini desa ini kembali menggeliat melalui pembentukan Kelompok Sadar Wisata.

Baca juga:  Desa Adat Penglipuran Kembali Gelar Karya Ngusaba Nangkan

Ni Luh Yeni Arianti, Koordinator Pokdarwis Nyambu, menjelaskan sejak 2015, telah dilakukan pemetaan sosial budaya secara partisipatif.

Pihaknya menemukan 60 persen wilayah desa adalah pertanian, dan 67 pura yang menjadi bagian dari kekayaan budaya. Dari sini, pihaknya mengembangkan paket wisata susur sawah, susur budaya, dan bersepeda.

Paket-paket wisata ini tidak hanya menonjolkan aspek pertanian, tetapi juga budaya yang kental di desa.

Baca juga:  Enam Chef akan Hadirkan Masakan Spesialnya di "Best of Bali Dinner"

Setelah sempat vakum dan mengalami pergantian anggota, pada awal 2024 Pokdarwis kembali aktif, meski belum ada SK resmi karena pengelolaan masih bersifat pengabdian.

Dukungan dari Diageo Indonesia tidak hanya terbatas pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga mencakup edukasi dan pelatihan warga. Program “Nyambu Ecology Tourism Village” yang diluncurkan Diageo Indonesia bertujuan mengembangkan kewirausahaan sosial di desa.

Dendy Borman, Corporate Relations Director Diageo Indonesia mengatakan pengembangan pariwisata, program ini juga fokus pada edukasi lingkungan, khususnya mengurangi sampah plastik sebagai bagian dari konservasi air, menjaga ketersediaan air untuk keberlanjutan lahan pertanian yang ada. (Puspawati/balipost)

Baca juga:  Putus Rantai Covid-19, Desa Adat Tista Sahkan "Awig-Awig"

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN