AMLAPURA, BALIPOST.com – Potret tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Karangasem bukan isapan jempol belaka. Hingga kini, masih cukup banyak terdapat warga kurang mampu atau miskin di Bumi Lahar, seperti di wilayah Kecamatan Selat.
Salah satu warga yang masuk kategori miskin ini adalah I Gede Krisna Angga Wiguna. Remaja yang tinggal di Banjar Dinas Kawan, Desa Muncan, Kamis (24/10), terlihat duduk di rumahnya saat disambangi.
Remaja yang kini bersekolah di SMPN 1 Selat itu terlihat sedih saat mengingat almarhum sang ayah, I Wayan Karya yang telah meninggal dunia saat bekerja menjadi ojek online di Denpasar akibat mengalami pecah pembuluh darah pada 2021. “Bapak meninggal tiga tahun lalu saat masih COVID-19. Ayah meninggal tertunduk di atas sepeda motor saat ngojek di Denpasar,” ucapnya dengan raut muka sedih.
Krisna menuturkan ia bersama adik perempuannya yang masih kelas 5 SD tinggal bersama neneknya. Saat ini, neneknya kembali tertimpa musibah, yakni mengalami luka bakar pada Juli 2024.
Akibat luka bakar 40 persen yang dideritanya, sang neneknya tak bisa beraktivitas. “Sekarang nenek hanya bisa di kamar saja. Untuk membiayai kebutuhan sekolah sama sehari-hari, semuanya ditanggung oleh paman,” katanya.
Ia pun menuturkan sang ibu yang telah bercerai 6 bulan sebelum kematian ayahnya kini tinggal di Jembrana karena telah menikah lagi.
Atas kondisi ini, paman Krisna, I Made Suardika mengatakan dirinya membiayai semua kebutuhan Angga. Menurutnya, merawat Krisna hingga menyekolahkannya sampai kelas IX SMP ini membutuhkan perjuangan yang sangat luar biasa.
Terlebih lagi, dirinya memiliki empat orang anak dan hanya bekerja sebagai buruh serabutan. “Mau tidak mau, saya harus menafkahi kebutuhan hidup keluarganya. Memang berat, tapi mau gimana lagi, karena ini memang tanggung jawab saya,” katanya.
Suardika mengatakan keponakannya hingga kini tidak mendapat beasiswa dari sekolah. “Saya hanya bisa berharap, supaya keponakan bisa mendapat beasiswa untuk sekadar meringankan biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari,” harapnya.
Sementara itu, tak jauh dari rumah Krisna, berjarak sekitar seratus meter, ada juga lansia dengan kondisi tuna netra, I Made Sudanta, hidup sebatang kara. Untuk menyambung hidup, Sudanta mengandalkan jasa pijat. Itupun tak menentu. ”Bangunan rumah ini hasil swadaya masyarakat. Tanahnya ini juga punya orang lain yang diberikan untuk ditinggali,” kata Sudanta.
Dia mengatakan mendapat bantuan beras dari desa. Bantuan ini digunakan untuk makan sehari-hari. “Kadang tiga bulan sekali baru dapat, kalau itu tak mencukupi dibawakan tetangga,” katanya.
Untuk diketahui, warga di bawah garis kemiskinan masih cukup banyak di wilayah Muncan. Jaraknya pun berdekatan.
Bahkan, keberadaan warga miskin ini berdekatan dengan rumah salah seorang penjabat teras di Pemkab Karangasem. (Eka Parananda/balipost)