Ilustrasi seorang petugas sedang menata tumpukan uang kertas rupiah. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Secara nasional fenomena makan tabungan (mantab) sedang terjadi, khususnya pada golongan kelas menengah. Sementara di Bali sendiri terjadi kebalikannya.

DPK khususnya tabungan tumbuh double digit. Bahkan data LPS menyebutkan bahwa rata– rata tabungan orang Bali mencapai Rp19,8 juta, tertinggi ketiga se-Indonesia.

Kepala OJK Bali Kristrianti Puji Rahayu sebelumnya mengatakan, secara nasional, DPK melandai karena penghasilan turun dan tidak memiliki spare money untuk menabung. Tapi di Bali, DPK tumbuh 16,19 persen ytd, naik 12,63 persen sehingga tumbuh.

Jika dibedah, penghimpunan DPK Bali dengan market share tertinggi adalah tabungan sebesar 53,62 persen, giro sebesar 29,30 persen, dan deposito 17,8 persen. “Dari kacamata bank akan semakin senang kalau tabungannya banyak karena dana murah, tapi dalam konteks ekonomi makro, kalau terjadi peralihan dari deposito ke tabungan  atau tabungannya banyak itu harus dicermati,” ujarnya.

Baca juga:  Kejari Jembrana Selidiki Dugaan Penyalahgunaan Dana Desa

Menurutnya kondisi itu perlu dicermati mengingat deposito tidak bersifat liquid, sementara tabungan lebih liquid. “Apakah terjadi fenomena mantab atau orang terbiasa menyimpan di tabungan agar dapat diinvestasikan ke instrumen lain seperti reksa dana, SBN agar langsung membeli? Hal itu perlu dicermati,” tandasnya.

Sementara menurut Direktur Utama Bank BPD Bali, I Nyoman Sudharma, Jumat (18/10) lalu saat wawancara Bali Post Talk mengatakan, pertumbuhan tabungan sebesar 17 persen yoy dan DPK BPD secara total tumbuh 14 persen terjadi karena masyarakat Bali telah belajar dari pandemi Covid-19 untuk menyiapkan dana liquid dalam keadaan urgen. “Karena masyarakat Bali harus menyiapkan spare uang untuk upacara keagamaan dan situasi urgen lainnya,” ujarnya.

Baca juga:  Fenomena "Supermoon," Warga Diminta Waspada Air Rob Maksimum

Ia mengatakan budaya menabung di masyarakat Bali sudah tumbuh dengan baik. Hal itu tidak terlepas dari upaya literasi dan inklusi keuangan yang dilakukan perbankan bersama OJK.

Dengan kondisi DPK dominan dari tabungan membuat CASA bank hampir 69 persen. “Penghimpunan DPK BPD fokus pada dana murah  untuk meningkatkan rasio CASA baik giro maupun tabungan,” ujarnya.

Hal tersebut juga membuat laba BPD hingga September 2024 tumbuh di atas 20 persen menjadi Rp770 Miliar, melampaui laba 2023. Ia berharap hingga akhir tahun bisa mempertahankan laba tumbuh di angka 20 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) II, Bambang S. Hidayat, sebelumnya mengatakan, secara nominal, simpanan masyarakat Bali di perbankan mencapai Rp171,64 triliun, tumbuh 17 persen sehingga menempati urutan ke-7 terbanyak. Sedangkan rata-rata nominal simpanannya menempati posisi ke-3 tertinggi setelah Jakarta dan Riau yaitu sebesar Rp19,8 juta.

Baca juga:  Ombak Besar Terjang Rumah Warga hingga Lahan Petani Garam

“Simpanan masyarakat Bali di bank umum berdasarkan data Agustus 2024 mencatatkan peningkatan yang cukup kuat yaitu sebesar 8,08% year on year (yoy),” ujarnya.

Sementara jumlah rekening di Provinsi Bali menempati urutan ke-17 secara nasional atau sebanyak 8,66 juta rekening, tumbuh 8,3 persen. Menurutnya, perkembangan simpanan bank umum di Provinsi Bali mencatatkan pertumbuhan yang solid, dengan Provinsi Bali yang selalu tumbuh lebih dari nasional. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN