Putu Agung Prianta (kanan) menjelaskan tentang pameran untuk memperlihatkan keresahan seniman terhadap maraknya investasi di Bali. (BP/may)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Keresahan akan kondisi Bali saat ini yang sedang dilanda tsunami investasi membuat sejumlah seniman menyerukan keprihatinan. Mereka pun menggelar pameran seni rupa “Crisis” yang melibatkan 13 seniman, berlangsung pada 26 hingga 27 Oktober 2024 di Jimbaran Hub, Jimbaran.

Pengggagas “Crisis,” Putu Agung Prianta, Sabtu (26/10) mengatakan pameran ini akan menampilkan penafsiran mendalam para seniman mengenai permasalahan dan tantangan yang tengah dihadapi Bali maupun situasi global.

Pihaknya mengaku prihatin dengan kondisi Bali saat ini karena investasi masuk bagai tsunami karena begitu massifnya dan menimbulkan efek negatif bagi budaya dan adat istiadat.

Baca juga:  Isi Hari Selama PPKM, Ardika 'Sengap' Lakukan Ini

Menurutnya jika pemerintah tidak mengelola investasi ini dengan baik, kondisi Bali bisa rusak. Menghadapi kondisi itu, ia ingin untuk mengembalikan Bali yang otentik.

Maka dari itu, Agung mengangkat tema Crisis untuk membangunkan Bali yang terlalu nyaman lewat penampilan para seniman. “Saya sangat khawatir dengan tsunami investasi yang meninggalkan budaya kita. Saya benar benar concern tentang ini,” ujarnya.

Kegiatan ini juga sekaligus menunjukkan rasa jengahnya terhadap kondisi Bali agar memberi semangat baru. “Saya berusaha yang terbaik untuk menjaga taksu Bali, authenticity (keotentikan) Bali juga,” ujarnya.

Baca juga:  Tiket Masuk ke Taman Tirta Gangga-Taman Soekasada Ujung Naik

Sejumlah seniman ternama dari Bali dan Indonesia akan menampilkan karyanya yang digelar serangkaian Jimbarfest 2024 ini, antara lain Made Wianta, Made Bayak, Gilang Propagila, Jango Pramartha, Wayan Upadana dan Arkiv Vilmansa. Adapun seniman dari Australia yang ikut berpartisipasi yakni Paul Trinidad, Jon Terry, Jerremy Blank, Antony Muia, dan Vladimir Todorovic. Lalu ada juga Stephan Spicher yang merupakan seniman asal Switzerland.

Baca juga:  Inkai Badung Siapkan Karateka Hadapi Piala Pangdam

Kurator Crisis Visual Art Exhibition, Yudha Bantono mengungkapkan karya-karya seniman yang terlibat dalam pameran menunjukkan kekuatan dalam membawa gagasan penting bagi isu keberlanjutan Bali dan juga dunia. Selain bertujuan untuk membangun ruang berkomunikasi yang kritis dan sebagai pengingat, pameran diharapkan dapat membangun ruang kesadaran bagi pengunjung maupun masyarakat Bali yang lebih luas.

“Melalui karya-karya ini, diharapkan khalayak luas dapat memahami makna di balik tindakan seniman dan merespons situasi global yang tidak selalu tampak, tetapi memiliki dampak signifikan,” ujar Yudha. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN