Seorang pekerja sedang mengangkut beras di pasar tradisional, Denpasar. Untuk mewujudkan swasembada beras produksi Bali harus mencapai minimal 412.929 ton beras untuk kebutuhan jumlah penduduk lokal Bali tahun 2024 sebanyak 4.433.300 jiwa. (BP/Melynia Ramadhani)

DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk mendukung program nasional swasembada pangan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan Pangan) Provinsi Bali berupaya meningkatkan perluasan areal tanam dan meningkatkan produktivitas pertanian.

Kepala Distan Pangan Bali, I Wayan Sunada, Selasa (29/10) mengatakan, swasembada beras dapat dicapai di tahun ini apabila produksi Bali mencapai minimal 412.929 ton beras untuk kebutuhan jumlah penduduk lokal Bali tahun 2024 sebanyak 4.433.300 jiwa.

Bali berupaya untuk menjadi daerah mandiri pangan dengan berupaya mencukupi kebutuhan pangan lokal, mengurangi ketergantungan pada impor, serta menjaga ketahanan pangan masyarakat Bali. Untuk itu, upaya menyukseskan swasembada pangan di Bali, dilakukan dengan beberapa program.

Optimalisasi produksi beras dilakukan dengan berbagai upaya seperti penggunaan benih padi varietas unggul, pemanfaatan lahan kering yang kurang produktif dan pemberian bantuan sarana dan prasarana pertanian.

Adapun dukungan bantuan kegiatan yang diberikan meliputi bantuan benih padi inbrida yang bersumber dari dana APBN dan APBD dengan alokasi luasan 25.905 Ha dari target luas tanam 134.384 Ha. Upaya lainnya dengan optimalisasi lahan pertanian. “Hal ini menjadi penting mengingat keterbatasan lahan dan kebutuhan akan produksi pangan yang terus meningkat,” ujarnya.

Baca juga:  Bali Dijatah Beras Premium 5.000 Ton

Optimalisasi yang dilakukan ada dua yaitu Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP) dan Perluasan Areal Tanam (PAT). Peningkatan indeks pertanaman adalah dengan memberikan bantuan kepada petani seperti bantuan benih sehingga petani yang biasanya hanya menanam padi 1 kali setahun bisa melakukan pertanaman 2 kali setahun. Selain bantuan benih terdapat bantuan sarana produksi lain yang diberikan seperti pupuk dan pestisida.

Perluasan Areal Tanam (PAT) dilakukan dengan pemanfaatan lahan kering dan tumpang sari pada lahan tegalan dengan membudidayakan padi gogo. Pemberian alat dan mesin untuk mempercepat proses olah tanah seperti bantuan traktor roda dua dan pompa air pun telah diberikan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk mensukseskan program tersebut.

Baca juga:  Prof Ramantha: Pendatang Tak Berpenghasilan Penyumbang Dominan Dari 1,38 Persen Kemiskinan Ekstrem

Bantuan pompa air diberikan kepada kelompok tani yang mengalami kekurangan air, tetapi masih memiliki sumber air permukaan yang masih bisa dimanfaatkan. Pompa air yang diberikan berjumlah 71 unit yang tersebar di Kabupaten/Kota se-Bali.

Hanya saja dalam upaya untuk mewujudkan swasembada pangan di Provinsi Bali, ada beberapa kendala yang terjadi seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan pertanian dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Perubahan iklim memiliki dampak besar terhadap produksi pangan. Naiknya suhu, perubahan pola curah hujan, dan peningkatan frekuensi bencana alam berdampak langsung pada produktivitas lahan, ketersediaan air, serta kesehatan tanah.

Sementara kemarau panjang menyebabkan kendala melakukan budidaya tanaman atau percepatan tanam pada komoditas tanaman pangan seperti padi dan jagung. “Namun kita tetap berupaya dengan menginventarisir ketersediaan air permukaan yang ada yang tidak bisa dimanfaatkan untuk pertanaman akibat perbedaan topografi. Sehingga melalui bantuan pompa air permukaan dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan percepatan olah tanah pada tanaman padi,” jelasnya.

Baca juga:  ForBALI Buka Posko Pengaduan Pengekangan Aktivitas BTR

Alih fungsi lahan juga menjadi salah satu tantangan besar namun dengan ditetapkannya kawasan lahan pertanian berkelanjutan yang ada di masing masing kabupaten/kota di Bali diharapkan dapat membendung derasnya alih fungsi lahan. Kondisi serangan OPT di lapangan diantisipasi dengan menempatkan petugas Pengendali Hama dan penyakit di setiap kecamatan yang tugasnya selalu memantau dan mendampingi petani di lapangan.

“Apabila terjadi serangan di lapangan kita bantu sarana pengendali ramah lingkungan dan kegiatan pengendalian secara bersama. Di samping kita upayakan untuk menghindari kerugian petani padi di lapangan, kita juga mengupayakan dengan memberikan asuransi tanaman pangan, sehingga apabila gagal panen petani dapat biaya pengganti sebesar Rp6.000.000 per ha,” ujarnya.

Melalui berbagai program ini harapannya petani tetap semangat berusaha tani, dan upaya untuk swasembada pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri bisa terwujud. (Citta Maya/balipost)

 

BAGIKAN