Beberapa buruh proyek di Denpasar sedang menurunkan pasir dari truk pengangkut. Sektor padat karya menyerap tenaga kerja cukup besar, namun pascapandemi Covid-19, sektor ini masih sulit tumbuh sehingga serapan naker turun. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor padat karya menyerap tenaga kerja cukup besar, namun pascapandemi Covid-19, sektor ini masih sulit tumbuh sehingga serapan naker turun. Kondisi ini dialami secara nasional termasuk di Bali. Masyarakat berharap pemimpin Bali hasil Pilkada mampu memberi solusi dan mengatasi masalah ini.

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, Rabu (30/10) mengatakan, sektor padat karya di Bali-Nusra urgen untuk didorong agar cepat pulih  karena sektor ini sangat strategis menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat menengah ke bawah.

Sektor padat karya menyerap 68,4% tenaga kerja nasional dan menyumbang 62% terhadap PDB pada 2023 sehingga memiliki peran krusial dalam mendorong ekonomi berkelanjutan.

Menurutnya, sektor ini menghadapi tantangan besar dalam pemulihan pascapandemi. “Kondisi ini sangat penting untuk diatasi agar sektor padat karya dapat kembali menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah,” tegasnya.

Baca juga:  Aneka Olahan Mie Disajikan di Aston Denpasar

Destry mengatakan, melalui bauran kebijakan, Bank Indonesia mendukung pertumbuhan sektor padat karya, terutama dalam menghadapi tantangan pascapandemi. Untuk mendorong sektor padat karya, BI mengeluarkan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial yakni pengurangan kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM) di Bank Indonesia bagi perbankan yang memenuhi penyaluran kredit dengan kriteria tertentu.

Dengan pengurangan GWM, perbankan akan memiliki likuiditas yang lebih longgar sehingga diharapkan perbankan semakin proaktif dalam menyalurkan kredit bagi sektor-sektor prioritas ini.

Deputi Kepala Perwakilan BI Bali, GA. Diah Utari mengatakan, ia berupaya memperkuat sinergi lintas sektor dalam upaya pemulihan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja di Bali-Nusra, terutama di sektor padat karya seperti pariwisata, pertanian, dan pengolahan.

Baca juga:  Tragedi Kemanusiaan Janganlah Terulang Lagi

Pada triwulan II 2024, ekonomi Bali Nusra tumbuh sebesar 6,84%, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 5,05%. Namun, pemulihan ekonomi ini diiringi dengan tantangan cukup besar, yakni menurunnya serapan tenaga kerja di sektor-sektor padat karya.

Sementara sektor yang menampung banyak tenaga kerja dan memiliki kontribusi besar terhadap PDRB seperti pertanian beserta sub sektornya yakni perikanan dan peternakan, memiliki akses yang terbatas terhadap pembiayaan perbankan. Di sisi lain peningkatan kesejahteraan tenaga kerja di sektor ini juga tidak mengalami perbaikan.

Maka dari itu perlu strategi yang berfokus pada peningkatan kualitas dan nilai tambah komoditas unggulan daerah untuk mendorong sektor padat karya. Ia mencatat bahwa komoditas unggulan daerah Bali Nusra diantaranya adalah garam, rumput laut, dan produk perikanan baik tangkap, budi daya maupun olahan.

Baca juga:  Tekan Angka Pengangguran, Badung Diminta Jajaki Peluang Penyaluran Naker ke LN

Bali dapat berperan sebagai sentra produksi garam berkualitas ekspor dan NTB serta NTT sebagai sentra garam untuk memenuhi kebutuhan KTI (Kawasan Timur Indonesia). NTB dan NTT dapat berperan sebagai quality producer rumput laut untuk mensupply industri turunan rumput laut yang saat ini terdapat di Jawa dan Makassar.

Sementara itu untuk perikanan, Bali Nusra memiliki keunggulan produk yang bisa diekspor maupun dikembangkan hilirisasinya baik di skala industri menengah besar maupun UMKM. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN