GIANYAR, BALIPOST.com – Desa Adat Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar hingga kini masih mempertahankan adat dan budaya khususnya tradisi ngerebeg.
Tradisi ngerebeg dengan mengelilingi desa itu digelar berbarengan saat piodalan atau pujawali di Pura Duur Bingin.
Tradisi ngerebeg digelar sehari sebelum pujawali di Pura Duur Bingin.
Masyarakat, khususnya anak-anak, remaja dan tua menghiasi tubuhnya dengan dicat warna warni atau lebih dikenal “body painting”.
Selain badannya dicat warna warni, hampir seluruh tubuh dihias dengan berbagai ornamen agar nampak seram. Bahkan ada peserta berpakaian dari daun pisang kering yang dalam bahasa Bali disebut kraras.
Bendesa Adat Tegallalang, I Dewa Nyoman Rai Widiana menjelaskan tradisi ngerebeg sudah ada sejak lama, bahkan turun temurun. Tradisi ngerebeg diawali sejak pagi dengan makan bersama alias megibung. Anak-anak, remaja dan tua ikut bergabung makan bersama.
Usai megibung, kemudian dilanjutkan dengan tradisi ngerebeg yang diawali dari Pura Duur Bingin kemudian mengelilingi wilayah Desa Tegallalang ke arah selatan. Kemudian balik ke utara melintasi jalan utama Jalan Raya Tegallalang hingga di objek wisata Terasering Ceking. Tentu saja tradisi ini menjadi tontonan wisatawan yang berkunjung di dua objek wisata yang terkenal itu.
Sampai di ujung yakni di objek wisata Terasering Ceking, berputar di Banjar Gagah ke selatan melintasi Banjar Pejeng Aji, melintasi Catus Pata Tegallalang, menuju Pura Dalem Kauh Tegallalang, melintas di Banjar Tegal dan kembali ke Pura Duur Bingin.
Tiba di Pura Duur Bingin sarana penjor yang dibawa kemudian ditaruh sisi di tembok Pura Duur Bingin. Para peserta pawai kemudian mandi membersihkan diri di sebuah tempat permandian dan terakhir kembali sembahyang di Pura Duur Bingin. (Agung Yuliantara/denpost)