DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Oktober 2024, nasional mengalami inflasi sebesar 1,71 persen yoy. Sedangkan Bali mengalami inflasi melampaui nasional, yaitu 2,51 persen yoy.
Sementara bulan September 2024, Bali mengalami inflasi 2,67 persen yoy dan Agustus 2024 sebesar 2,32 persen. Sepanjang 2024 hingga Oktober, inflasi tertinggi terjadi pada April sebesar 4,02 persen yoy.
Plt. Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan, Jumat (1/11) mengatakan inflasi tertinggi di Bali tercatat di Kota Denpasar sebesar 2,96 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Singaraja sebesar 1,71 persen.
Menurut Agus Wirawan, inflasi tahunan (y-on-y) terjadi karena naiknya harga komoditas komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sepuluh kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau naik sebesar 3,98 persen.
Selain itu, kelompok penyumbang inflasi lain yaitu pakaian dan alas kaki sebesar 1,64 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,41 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,77 persen.
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 1,54 persen, kelompok transportasi sebesar 0,94 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,39 persen, kelompok pendidikan sebesar 2,99 persen.
Kelompok lainnya adalah penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,56 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,43 persen. Sementara itu, satu kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 0,29 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada Oktober 2024, antara lain beras, kopi bubuk, daging babi, Sigaret Kretek Mesin (SKM), minyak goreng, tarif parkir, nasi dengan lauk, Sigaret Putih Mesin (SPM), canang sari, emas perhiasan, pisang, biaya pendidikan akademi/perguruan tinggi, biaya pendidikan sekolah dasar, biaya pendidikan sekolah menengah pertama, bawang putih, kue kering berminyak, Sigaret Kretek Tangan (SKT), gula pasir, mobil, dan bawang merah.
Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain bensin, cabai merah, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, tomat, wortel, tongkol diawetkan, pepaya, telepon seluler, vitamin, kentang, kacang panjang, kol putih/kubis, garam, mie kering instant, sabun cair/cuci piring, sabun mandi cair, wafer, telur ayam ras, sabun detergen bubuk, dan terong.
Secara bulanan (mtm), Provinsi Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,07 persen dan secara year to date (y-to-d), tercatat inflasi sebesar 1,53 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m pada bulan Oktober 2024 antara lain kopi bubuk, buncis, tomat, cabai rawit, sawi hijau, bawang merah, minyak goreng, emas perhiasan, susu cair kemasan, ketimun, Sigaret Putih Mesin (SPM), jeruk, bahan bakar rumah tangga, daging ayam ras, pasta gigi, Sigaret Kretek Mesin (SKM), salak, shampo, pepes, dan sabun mandi.
Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain bensin, canang sari, pisang, cabai merah, tongkol
diawetkan, air kemasan, pepaya, bayam, semangka, wortel, angkutan udara, dan kangkung. (Citta Maya/balipost)