Seorang pengunjungmenaiki tangga di Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar. Monumen ini menyimpan sejarah perjuangan rakyat Bali melawan penjajahan. (BP/Melynia Ramadhani)

DENPASAR, BALIPOST.com – Selain dikenal dengan destinasi alam dan budaya, Bali juga memiliki beragam lokasi wisata yang bersejarah. Salah satu simbol sejarah Bali adalah Monumen Perjuangan Rakyat Bali, yang lebih dikenal oleh penduduk setempat sebagai Bajra Sandhi.

Monumen ini berdiri di tengah kota Denpasar, tepatnya di area Niti Mandala, Renon, Denpasar.

Monumen ini menyajikan deretan diorama yang menggambarkan keberanian masyarakat Bali dalam mempertahankan kedaulatan dan berkontribusi dalam perjuangan untuk mendirikan Republik Indonesia. Sebanyak 33 diorama yang tersedia di dalam museum ini memiliki pesan moral tentang betapa pentingnya nasionalisme dalam mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para leluhur. Seluruh model miniatur ini terletak di lantai dua museum.

Baca juga:  Gapasdap Ajukan Aspirasi Terkait Pengoperasian Dermaga Tanah Ampo

Diorama-diorama ini menampilkan peristiwa-peristiwa krusial dalam sejarah masyarakat Bali dari zaman prasejarah hingga era kemerdekaan Indonesia. Semua model miniatur disusun secara berurutan, searah jarum jam, sesuai dengan kronologi peristiwa tersebut.

Beberapa diorama krusial di sini menggambarkan kejadian heroik Pertempuran Puputan Klungkung, peristiwa Puputan Badung, momen perobekan surat Belanda oleh Patih I Gusti Ketut Jelantik, dan penyebaran proklamasi kemerdekaan tahun 1945.

Melansir dari situs Indonesia Kaya, pendirian monumen ini berawal dari dipilihnya desain arsitektur yang dibuat oleh Ir. Ida Bagus Gede Yadnya pada 1981. Dalam lomba yang diselenggarakan oleh pemerintah Provinsi Bali, Gede Yadnya mengusulkan desain monumen untuk menghormati perjuangan masyarakat Bali.

Baca juga:  Kasus Bertambah di Atas 130 Orang, Kumulatif Pasien COVID-19 Bali Lampaui 16.000 Orang

Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya desain ini mulai diwujudkan pada tahun 1987 atas inisiatif mantan Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra. Monumen ini kemudian diresmikan pada era Presiden Megawati Soekarno Putri, tepatnya pada 14 Juni 2003.

Museum Bajra Sandhi, dikutip dari situs Pemerintah Kota Denpasar, menampilkan arsitektur yang khas dari tradisi Bali. Kata “Bajra” bermakna genta atau lonceng. Biasanya, para pendeta Hindu menggunakan lonceng saat melafalkan mantra dalam ritual keagamaan.

Ada sejumlah elemen-elemen Hindu yang terhimpun di dalam monumen, salah satunya Guci Amertha, yang disimbolkan dengan kumbha (jenis periuk) terlihat pada puncak monument. Kemudian ada Ekor Naga Basuki, yang terwujud dekat Swamba dengan kepalanya di Kori Agung.

Baca juga:  Kembali, Buleleng Alami Lonjakan Positif COVID-19 Jenis Transmisi Lokal

Tubuh Bedawang Akupa terwujud pada landasan monumen sedangkan kepalanya berada di Kori Agung.

Bangunan ini juga menampilkan elemen Gunung Mandara Giri yang dimanifestasikan dalam monumen yang menjulang megah. Kolam yang mengelilingi monumen, diumpamakan sebagai Ksirarnawa (lautan susu).

Tidak hanya kaya akan nilai-nilai filosofi Hindu, monumen Bajra Sandhi juga dipenuhi simbol-simbol kemerdekaan. Jumlah anak tangga di pintu utama monumen adalah 17. Tiang-tiang megah yang ada di dalam monumen berjumlah 8 dan memiliki ketinggian 45 meter. Angka-angka tersebut merupakan tanggal kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. (Cahya Dwipayanti/balipost)

BAGIKAN