Ilustrasi. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Angka bunuh diri di Bali cukup tinggi. Hal itu terlihat dari data Polri pada 2023, jumlah kasus bunuh diri mencapai 121 dan hingga November 2024 jumlah kasus bunuh diri mencapai 95 kasus.

Ditreskrimum Polda Bali Ni Luh Kompiang Srinadi mengatakan, data yang dimiliki sesuai dengan laporan yang dilaporkan masing–masing unit kepolisian yaitu Polres, namun tidak semua dilaporkan. Di Bali angka kasus bunuh diri tertinggi terjadi di Karangasem, kedua Buleleng dan Jembrana.

Di Polres Karangasem pada 2021 tercatat 26 kasus, 2022 sebanyak 21 kasus, 2023 sebanyak 34 kasus, dan 2024 sebanyak 25 kasus. Secara total kabupaten/kota di Bali pada 2021 ada sebanyak 80 kasus, 2022 ada sebanyak 74 kasus, 2023 sebanyak 121 kasus yang notabene menjadi kasus tertinggi, dan 2024 per November sebanyak 95 kasus.

Baca juga:  IBTK Berakhir, Penyineban Digelar Hari Ini

Dari angka kasus di 2024, kasus bunuh diri banyak terjadi pada laki-laki sebanyak 72 dan perempuan 23 kasus. Sementara berdasarkan usia, dari 0-18 tahun (anak), kasus bunuh diri yang tercatat sebanyak 7 kasus yaitu dari Polres Bangli, Karangasem dan Tabanan.

Usia 19-25 (remaja) tercatat 11 orang, usia 26-40 tahun sebanyak 25 kasus, dan usia 40 tahun ke atas sebanyak 52 kasus. “Kebanyakan cara bunuh diri yang dilakukan dengan gantung diri dan minum racun,” ujarnya.

Baca juga:  Tari Nyapuh Tirah Campuhan Ajakan Memuliakan Air

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Cabang Denpasar I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ. mengatakan, penyebab bunuh diri multifaktor, namun seringkali kejadian bunuh diri dikaitkan dengan kesehatan mental. Faktor bunuh diri lainnya yaitu sosial ekonomi, adat, tekanan kehidupan remaja dan kualitas hidup lansia. Makanya perlunya manajemen terhadap krisis.

Ke depan diperlukan pemetaan penyebab bunuh diri agar dapat dianalisis menjadi sebuah rekomendasi. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya bunuh diri.

Baca juga:  Ribuan Jatah KIS di Buleleng Nganggur

Pencegahan bunuh diri bisa dengan pencegahan primer yaitu menyasar populasi umum. Selain itu penyebabnya bukan hanya masalah kesehatan mental tapi juga menimpa kelompok minoritas seperti warga negara asing (WNA), penyintas gangguan fisik yang kronis, halusinasi, skizofrenia.

Sementara itu, Founder Yayasan Bali Bersama Bisa, I Wayan Eka Sunya Antara menuturkan pihaknya memiliki saluran online pencegahan bunuh diri dan konsultasi kesehatan mental gratis. Proyek ini diharapkan dapat mencegah kasus bunuh diri semakin tinggi di Bali. (Citta Maya

BAGIKAN