Suasana Debat Kedua Pilkada Buleleng yang diselenggarakan Selasa (12/11) malam di Lovina, Buleleng. (BP/yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Kemacetan di sejumlah ruas jalan yang ada di Buleleng mulai terjadi. Hal ini pun menjadi bahasan dalam debat kedua Pilkada Buleleng yang diselenggarakan pada Selasa (12/11) malam di Lovina, Buleleng.

Dalam debat kedua yang diselenggarakan KPU Buleleng ini, dua pasangan calon, yaitu Nyoman Sugawa Korry-Gede Suardana dan dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG-Gede Supriatna menawarkan strategi mengurai kemacetan lewat penyediaan transportasi publik.

Calon Bupati Nomor Urut Satu, Sugawa Korry menyebut, transportasi saat ini menjadi kebutuhan utama masyarakat. Namun seiring perkembangan zaman, moda tranportasi semakin banyak, utamanya kendaraan pribadi.

Baca juga:  Testimoni Wisatawan, Banyak Sampaikan Soal Kemacetan di Ubud

Paslon yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus itu memastikan akan memperhatikan serius moda transportasi, baik darat, laut, maupun udara.

Pembangunan Bandara Internasional Bali Utara, Pengembangan Pelabuhan Celukan Bawang hingga Pengembangan Pelabuhan Sangsit pun menjadi komitmen utama Paslon ini.

Untuk itu, sarana mode transportasi yang paling cocok dikembangkan untuk menopang itu, yakni mode transportasi dengan menggunakan bus skala menengah.

“Berkaca di kota besar, bus-bus besar sering menimbulkan kemacetan. Sehingga kami menawarkan penggunaan moda transportasi dengan menggunakan bus skala menengah, sehingga tidak ada lagi titik titik kemacetan yang terjadi di Buleleng,” kata Sugawa.

Baca juga:  Desa Adat Sesetan Terima Hibah Tanah

Gagasan Sugawa Korry kemudian ditanggapi oleh Calon Bupati Nomor Dua, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG. Menurut wakil bupati periode 2012-2022 itu, moda transportasi yang ditawarkan seperti pembangunan Bandara Bali Utara terlalu jauh. Sedangkan kemacetan  sudah dirasakan saat ini.

Untuk itu, Paslon yang diusung oleh Koalisi PDIP ini menawarkan sejumlah inovasi di bidang transportasi, yakni melakukan revitalisasi keberadaan sejumlah terminal dan memberikan subsidi untuk peremajaan angkutan umum.

Baca juga:  Cegah Judol, Pemerintah Ungkap Sejumlah Strategi Ini

“Terminal yang ada saat ini belum memadai untuk naik turun penumpang. Sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan moda transportasi pribadi. Selain itu ada juga subsidi peremajaan angkot hingga pelatihan para pengemudi,” katanya.

Jika nantinya moda transportasi sudah baik, tidak menutup kemungkinan masyarakat Buleleng bisa beralih ke transportasi umum. “Kalau dari bawah kita perbaiki pelan pelan, tidak menutup kemungkinan masyarakat mulai melirik moda transportasi yang kita sediakan,” tutupnya. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN