DENPASAR, BALIPOST.com – Pariwisata Bali terus menjadi sorotan karena dampak negatif dan perubahan paradigma di sektor ini.
Salah satunya devisa pariwisata Bali masih mengalami kebocoran dan wacana pariwisata halal.
Kedua masalah ini dituding sebagai bentuk pelemahan kepada krama Bali yang notabene adalah pendukung utama pariwisata Bali.
Akademisi dari Unhi Denpasar, I Gusti Ketut Widana, di sela-sela acara Dialog Merah Putih Bali Era Baru, Rabu (13/11) mengakui sebagai krama Bali ia melihat wisatawan selama ini nyaris tak diberi kesempatan berbelanja ke warung atau UMKM warga lokal.
SDM dan produk pangan hotel dan pariwisata masih diimpor. Ia menyebut banyak terjadi kebocoran bidang pariwisata karena selama ini krama Bali lebih banyak menerima imbas negatif pariwisata daripada menguntungkan budaya Bali.
Pelaku pariwisata yang juga Konsul Kehormatan Malaysia, Panudiana Kuhn, tak menyalahkan pariwisata Bali banyak bocornya karena SDM dan keperluan pangan pariwisata masih banyak diimpor dari luar negeri. Jadi uang lebih banyak lari ke luar negeri.
Investor pariwisata banyak dari luar negeri dengan memanfaatkan kredit dari luar negeri karena jauh lebih murah daripada kredit di Indonesia sehingga uang yang diperoleh dari sektor pariwisata di Bali lari ke luar negeri.
Caranya kita harus percaya diri dengan produk lokal dan wajibkan pengusaha pariwisata menggunakan SDM dan produk lokal. Ia setuju pariwisata untuk Bali, bukan Bali untuk pariwisata guna memperkuat pendukung budaya Bali yakni krama Bali.
Sekretaris PHDI Bali, Putu Wirata Dwikora setuju pariwisata Bali mestinya diarahkan untuk pembangunan budaya Bali berkelanjutan dan memperkuat krama Bali. Bukan sebaliknya pariwisata Bali kini banyak bocornya dan malah memperlemah krama Bali.
Buktinya, banyak pelanggaran kesucian pura dilakukan wisatawan dan akhirnya desa adat yang terbebani mengharmoniskan alam Bali. (Sueca/balipost)