Rendang. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Siapa yang tidak mengenal rendang? Hampir semua orang di Indonesia pasti mengetahui dan akrab dengan hidangan yang satu ini.

Rendang adalah sajian yang berasal dari daging sapi, biasanya memanfaatkan bagian tenderloin atau bagian lainnya yang memiliki tekstur lembut, menggunakan santan, serta dipenuhi berbagai bumbu rempah. Salah satu keunikan yang membuat rendang begitu istimewa adalah metode masaknya yang memerlukan waktu berjam-jam agar bisa mencapai rasa rendang yang benar-benar nikmat.

Istilah “rendang” dikutip dari berbagai sumber, diambil dari Bahasa Minang yang disebut randang, merujuk pada metode masak lambat yang dikenal dengan nama marandang. Istilah marandang diartikan sebagai proses mengolah dan mengaduk hidangan dalam durasi yang lama menggunakan api kecil di atas bahan bakar kayu hingga masakan menjadi kering.

Rendang adalah produk dari pertemuan budaya masyarakat Minang dengan para pedagang India yang memperkenalkan masakan khas mereka, kari, ke wilayah kepulauan Indonesia. Masyarakat Minang kemudian memodifikasi kari tersebut menjadi sajian gulai yang terkenal dengan kuahnya, sebelum akhirnya diolah menjadi kalio yang menjadikan hidangan hampir tanpa kuah.

Baca juga:  Masih Rendah, Pencapaian dari Retribusi Rafting

Rendang sendiri merupakan hasil akhir dari proses memasak gulai selama lebih kurang 6 – 7 jam. Tujuannya adalah untuk mengeringkan daging agar dapat bertahan lebih lama.

Filosofi Rendang

Melansir dari Indonesia Kaya, Rendang memiliki Filosofi tersendiri bagi masyarakat Minangkabau.

Dagiang atau daging sapi. Merupakan simbol dari Niniak Mamak (paman) dan Bundo Kanduang (ibu) sebagai pemberi kemakmuran pada anak dan keponakannya.

Karambia (kelapa) sebagai simbol dari Cediak Pandai, yatu golongan atau kaum masyarakat Minangkabau yang pandai serta memiliki pengetahuan yang luas dan sebagai penggerak dalam masyarakat.

Lado atau cabai adalah simbol dari kaum alim ulama yang mengajarkan dan menegakkan ajaran agama.

Pemasak (bumbu) yang terdiri dari 14 macam rempah, yaitu merica, buah pala, bawang merah, cabe merah, jahe, cabe rawit, bawang putih, garam, laos, daun jeruk purut, daun salam, daun kulit, dan batang serai, sebagai simbol dari masyarakat Minangkabau secara keseluruhan.

Baca juga:  Target Akhir 2022 Rampung, RSUP Sanglah akan Miliki Pusat Layanan Estetis

Resep Rendang ala William Wongso

Mengutip dari situs Wonderful Indonesia, Gordon Ramsay yang merupakan koki kenamaan dunia mendapat tantangan dari koki Indonesia, William Wongso, untuk menyiapkan rendang.

Resep rendang versi William Wongso ini tercantum dalam buku Cita Rasa Indonesia: Ekspresi Kuliner William Wongso, dan terlebih dahulu diajarkan kepada Gordon Ramsay saat keduanya memasak bersama di Sumatera Barat.

Bahan

500 gr daging sapi, potong dadu 5×5 cm

1 lbr daun kunyit (bisa diganti 2 lembar daun salam)

15 hr asam jawa

750 ml santan kental 24 persen lemak

2 batang serai

4 lbr daun jeruk purut

Bumbu

120 gr bawang merah, cincang kasar

20 gr bawang putih, cincang kasar

Baca juga:  Tiga LSM Respons Pembangunan Jalan Penghubung BMTH

125 gr cabai merah besar, buang biji, cincang kasar

10 gr jahe, cincang kasar

30 gr lengkuas, cincang kasar

20 gr kemiri, haluskan

Cara Memasak

Haluskan semua bumbu. Tambahkan daun jeruk purut, serai, dan asam

Tambahkan santan kental. Tumis hingga minyak kelapa keluar dan warna berubah kecoklatan

Masukkan daging sapi, aduk rata

Nyalakan oven 120 derajat. Masukkan semua bahan ke panci tanpa tutup, masukkan ke dalam oven.

Masak pelan selama 1,5-2 jam sampai daging empuk.

Pindahkan semua ke wajan. Masak perlahan di atas api sedang sambil diaduk sampai daging berubah warna menjadi coklat tua dan empuk.

Walaupun membutuhkan waktu sekitar 7-8 jam untuk memasak rendang, namun rasa lezat dan aroma dari rendang benar-benar menggugah selera makan. Apalagi jika menyantap rendang nan lamak bersama nasi putih pulen yang hangat. Jangan lupa dicoba di rumah ya! (Cahya Dwipayanti/balipost)

BAGIKAN