MANGUPURA, BALIPOST.com – The 28th Regional Symposium on Chemical Engineering (RSCE) 2024, yang diadakan pada 13-14 November 2024 di The Patra Bali Resort, Kuta, menegaskan peran strategis insinyur kimia mengoptimalkan potensi besar kekayaan alam Indonesia untuk mencapai kemandirian energi dan pangan. Sekaligus mempromosikan inovasi berbasis teknologi merah putih.
Ketua Panitia Penyelenggara RSCE 2024, Dr. C.B. Rasrendra, menekankan bahwa Insinyur Kimia berada di garis depan dalam penciptaan solusi berkelanjutan, mulai dari pendidikan hingga penerapannya di sektor industri.
RSCE 2024 mempertemukan komunitas Teknik Kimia dari berbagai negara di Asia Tenggara, Jepang, Australia, dan kawasan lainnya. Melalui kolaborasi ini, para pakar telah berbagi pengetahuan dan inovasi untuk mengatasi tantangan global, seperti dekarbonisasi dan transisi energi menuju energi terbarukan.
Acara ini dibuka dengan Simposium ASEAN Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) Network 2024 pada 9-13 November 2024. Diikuti dengan Focus Group Discussion (FGD) Decarbonization pada tanggal 11-12 November 2024.
Wakil Ketua Badan Kejuruan Kimia-Persatuan Insinyur Indonesia (BKKPII) Ir. Ganis Danandjati, IPM membuka diskusi dengan menggarisbawahi pentingnya sinergi lintas sektor dalam mempercepat transisi energi. Prof. Sanggono Adisasmito dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menyoroti tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) sebelum 2060.
Ia menjelaskan bahwa meskipun energi ramah lingkungan saat ini lebih mahal bila dibandingkan dengan energi fosil seperti batu bara dan BBM, transisi harus dimulai segera. “Penggunaan bioetanol dan bahan bakar berbasis kelapa sawit adalah langkah awal yang signifikan, disertai dengan pengurangan emisi karbon secara bertahap,” tegas Prof. Sanggono.
Teknologi CCUS, yang menjadi topik utama simposium, merupakan solusi potensial dalam menangkap dan menyimpan emisi karbon, yang perlu dilanjutkan dengan konversi CO2 menjadi produk bernilai tinggi. Prof. Sanggono optimis bahwa seiring dengan kemajuan teknologi, biaya konversi CO2 akan menurun dan efisiensi akan terus meningkat.
Puncak RSCE 2024 dihadiri oleh lebih dari 300 akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan dari dalam dan luar negeri. Kehadiran mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Udayana, dan siswa SMA di Bali menambah semangat serta perspektif segar dalam pertemuan ini.
Kegiatan ini didukung oleh PT Kilang Pertamina Internasional dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), yang bertindak sebagai co-organizer dan memperkuat komitmen terhadap penerapan rekayasa yang berkelanjutan. Rangkaian Agenda Simposium ini diakhiri dengan Musyawarah Nasional (Munas) Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia Indonesia (APTEKIM) pada 15 November 2024, yang dihadiri oleh para Ketua Program Studi Teknik Kimia dari seluruh Indonesia dan telah menetapkan Dr. Hary Devianto sebagai Ketua APTEKIM Periode 2024-2027. (Adv/balipost)