BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Bayunggede merupakan salah satu desa tua yang ada di Kecamatan Kintamani, Bangli. Masyarakat di desa ini masih tetap teguh menjalankan warisan leluhur. Salah satunya adalah tradisi menanam padi gaga.

Penanaman padi Gaga dilakukan masyarakat Desa Adat Bayunggede rutin setiap tahun. Penanaman dilakukan secara serentak pada sasih Kasa.

Menanam padi Gaga menjadi hal yang wajib dilakukan oleh masyarakat Bayunggede untuk kepentingan upacara agama dan adat.

Bendesa Adat Bayunggede, I Ketut Sukarta mengatakan padi Gaga ditanam hanya yang berjenis beras merah dan ketam hitam atau injin. Semua upakara di Bayunggede baik dewa Yadnya, manusia Yadnya, maupun pitra Yadnya membutuhkan beras merah untuk sarana upakara.

Baca juga:  Golkar Bangli akan Gelar Musda, 6 Kader Berpotensi Jadi Ketua

Penanaman padi Gaga dilakukan pada lahan milik desa adat yang dikelola oleh masing-masing krama marep. Kebanyakan penanaman dilakukan dengan sistem tumpang sari yakni di sela-sela tanaman jeruk. Tidak seperti padi di lahan sawah yang memerlukan sistem irigasi, penanaman padi Gaga hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan.

Dijelaskan Sukarta terdapat serangkaian upacara ritual yang dilaksanakan sebelum dan selama penanaman padi gaga. Diawali dari upacara neleb.

Kemudian dilanjutkan dengan upacara ngendagin. Dalam upacara ngendagin masyarakat membajak lahannya agar siap ditanami. Setelah lahan siap baru kemudian dilakukan penanaman benih atau metajuk.

Baca juga:  Desa Adat Soka Berproses Tata ”Parhyangan”

Setelah padi mulai tumbuh ada serangkaian upacara yang dilaksanakan masyarakat di beberapa pura. Salah satunya upacara neduh yang dilaksanakan di Pura Puseh Jero Kajanan desa adat setempat. Upacara tersebut bertujuan untuk memohon hujan.

Saat padi berbulir, padi Gaga harus diberi perhatian ekstra untuk menghindari adanya hama burung yang mengganggu tanaman. Proses penanaman padi gaga membutuhkan waktu sekitar enam bulanan. Masa panen biasanya berlangsung pada sasih kepitu.

Baca juga:  Alat Berat Dikerahkan Bersihkan Material Longsor Tutup Akses Trunyan

Sukarta menambahkan setelah dipanen, padi Gaga tidak bisa langsung digunakan untuk sarana upakara maupun diolah untuk dikonsumsi. Hasil panen harus dihaturkan terlebih dahulu ke Pura Ulun Danu Batur dan Pura Bukit Mentik melalui upacara ngaturang jumun sari. Upacara tersebut biasanya dilaksanakan saat Purnama Kesanga.

Selain berupa beras merah, pada upacara itu masyarakat juga menghaturkan emping yang terbuat dari ketan merah ditumbuk. Padi Gaga hasil panen biasanya akan dinaikan dan disimpan masyarakat pada gelebeg. Glebeg adalah sebuah bangunan yang berfungsi sebagai lumbung padi. (Dayu Swasrina/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN