Kelompok perajin kayu di Desa Pejeng, Gianyar, mulai merasakan dampak positif dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang dilaksanakan oleh tim pelaksana pengabdian FEB Universitas Udayana. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Kelompok perajin kayu di Desa Pejeng, Gianyar, mulai merasakan dampak positif dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) skema pemberdayaan berbasis masyarakat pendanaan dari DRTPM yang dilaksanakan oleh tim pelaksana pengabdian FEB Universitas Udayana, dengan ketua tim Ni Nyoman Sri Rahayu Trisna Dewi.

Kegiatan yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha perajin kayu di Desa Pejeng ini tidak hanya memberikan bantuan teknologi berupa alat produksi modern, seperti mesin bobok, mesin pemotong kayu, gerinda, dan bor, tetapi juga mengedepankan inovasi berbasis ecopreneurship dan pengelolaan manajemen usaha. Bantuan teknologi modern ini diharapkan mampu mengatasi keterbatasan alat yang selama ini dihadapi oleh para perajin.

Baca juga:  Harga Garam Kalahkan Gula Pasir

“Sebelumnya, proses pengerjaan kami lakukan secara manual, yang cukup menguras waktu dan tenaga. Kami memiliki anggota 20 orang, tapi peralatan yang kami miliki terbatas. Sekarang, dengan adanya peralatan baru, pekerjaan menjadi lebih cepat dan hasilnya lebih rapi,” ujar I Made Sangging, salah satu perajin kayu di Pejeng.

Dijelaskan Sri Rahayu, sebagai solusi untuk menjawab tantangan ketersediaan bahan baku, pihaknya memperkenalkan konsep ecopreneurship dengan inisiatif budidaya pohon suar trembesi. Dengan demikian, dalam jangka panjang, kelompok perajin memiliki sumber bahan baku kayu yang berkelanjutan tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pemasok dari luar daerah. “Program ini disambut baik oleh para perajin, mengingat kayu suar trembesi kian sulit didapatkan dan sering kali harus dicari hingga ke Kabupaten Badung dan Bangli,” ujarnya.

Baca juga:  PDB Gelar Touring, Jelajahi 117 Km

Tidak hanya itu, mitra perajin juga dibekali pelatihan manajemen usaha dan pembukuan sederhana agar mereka bisa mengelola arus kas dan pemesanan pesanan secara lebih terstruktur. Melalui sistem penerimaan satu pintu, kesalahpahaman dengan pengepul kini dapat diminimalisir, sehingga kelompok pengrajin dapat lebih profesional dalam memenuhi permintaan pasar.

Kelihan Banjar Panglan, Pejeng, Kadek Kamar, memberikan apresiasi tinggi terhadap program PKM ini. “Dengan dukungan teknologi dan pembekalan manajemen, para pengrajin kita semakin siap menghadapi persaingan pasar yang lebih luas, bahkan menuju pasar ekspor. Ini juga membuka peluang kerja bagi generasi muda di desa ini,” katanya.

Baca juga:  Sebuah Kios di Pasar Desa Pejeng Terbakar

Sosialisasi kewirausahaan yang juga dilakukan dalam program ini diharapkan bisa menarik minat generasi muda untuk terlibat dalam usaha kerajinan kayu, baik sebagai manajer, tenaga pemasaran, maupun inovator produk. Melalui pendekatan yang komprehensif, program PKM ini diharapkan dapat memperkuat usaha pengrajin di Desa Pejeng, meningkatkan pendapatan mereka, dan mewujudkan ekonomi desa yang mandiri dan berkelanjutan. (Adv/balipost)

BAGIKAN