DENPASAR, BALIPOST.com – Bali merupakan pasar yang seksi untuk industri motor kustom. Pasalnya, Bali memiliki banyak anak muda dan industri kreatif yang menunjang modifikasi motor berkembang cukup baik. Demikian disampaikan salah satu modifikator, Yonathan Ricky Hantojo, Sabtu (23/11) di Renon.
Pria yang akrab disapa Yo ini telah menekuni modifikasi motor sejak 2012 dan banyak menghasilkan produk motor kustom dari berbagai merek, seperti Honda, Kawasaki, hingga TVS.
Ditanya konsep motor kustom yang bakal tren di 2025, ia mengatakan tidak melulu melihat yang baru. Sehingga diprediksi model retro modern tetap diminati oleh kalangan bikers. “Dominasi motor cafe racer, scrambler, itu masih ada. Cuma, sentuhannya sudah modern,” ujarnya di sela-sela Launching Accessories TVS Ronin.
Kegiatan yang sukses digelar ini merupakan kolaborasi antara DMWork Motorcycle dan TVS Motor Indonesia. Nampak masyarakat umum dan komunitas motor di Bali hadir dalam kegiatan itu.
Lebih jauh, Yo mengatakan bahwa konsep scrambler diminati karena motor kustom tersebut bisa digunakan sehari-hari. Sedangkan cafe racer merupakan konsep klasik yang banyak diminati pecinta modifikator.
Untuk Bali sendiri, konsep chopper yang lebih banyak diminati. Padahal, konsep ini lumayan rumit dan perlu waktu cukup lama dalam penyelesaian kustomnya. Ia pun menilai produk otomotif modern perlu dimodifikasi menggunakan konsep yang lebih simple dari chopper, seperti cafe racer, scrambler, maupun bobber.
Owner dari DMWork Motorcycle ini telah memproduksi part atau aksesoris yang bisa dibeli secara terpisah bagi penghobi yang menginginkan motor kustom tanpa menghabiskan terlalu banyak dana. Aksesoris ini pun mendukung konsep cafe racer dan scrambler yang paling banyak peminatnya.
Bahkan, ada aksesoris khusus untuk modifikator yang berkeinginan mengkustom TVS Ronin milik mereka. “Kita memiliki aksesoris atau part untuk kustom yang tidak perlu dibeli secara keseluruhan. Jadi bikers yang ingin melakukan kustom bisa membelinya secara terpisah atau dicicil lah istilahnya,” jelas Yo yang homebasenya ada di Solo dan berencana memperluas jaringan ke Bali ini.
Ia berharap ke depannya industri perkustoman bisa lebih baik dengan munculnya banyak modifikator dan pilihan. Sebab, dunia perkustoman, menurutnya tak hanya bicara tentang modifikator melainkan ada pelaku UMKM yang juga terlibat dalam pembuatan aksesoris sebagai penopang industri ini. (Diah Dewi/balipost)