Malam Dharma Puruhita dengan tema Gugah Jiwa Nusantara menggambarkan perjalanan generasi muda Indonesia dalam menemukan kekuatan karakter untuk menghadapi tantangan zaman. (BP/Istimewa)

SEMARANG, BALIPOST.com – Pagelaran drama musikal dan tari bertema “Gugah Jiwa Nusantara” yang digelar di Semarang menjadi refleksi sekaligus upaya membentuk generasi muda Indonesia yang berkarakter tangguh, kolaboratif, dan kreatif, sehingga mampu menyongsong masa depan Indonesia Emas 2045.

Sutradara Malam Dharma Puruhita, Ronald Soe, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan, pementasan ini sesungguhnya merupakan salah satu wujud ujian ketangguhan dan resilience yang telah dijawab dengan sangat baik. Padahal, para pemain hanya memiliki waktu efektif selama empat hari untuk berlatih dan menyesuaikan diri dengan konsep produksi yang sangat kompleks dalam pementasan ini.

“Semangat mereka benar-benar enggak ada matinya. Meskipun mereka bukan professional performer dan hanya punya waktu H-4 untuk berlatih intensif, tapi mereka bisa mencari solusi dari masalah yang dihadapi dan surprisingly mereka mampu menampilkan yang terbaik dan all out,” terang Ronald Soe.

Baca juga:  Experience Senggigi, the Oldest and Most Famous Tourism Destination in Lombok

Pementasan ini merupakan bagian dari Bakti Pendidikan Djarum Foundation melalui program Djarum Beasiswa Plus. Sebanyak 516 penerima beasiswa angkatan 2023/2024 ikut berpartisipasi.

Deputy Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Felicia Hanitio mengungkapkan para penerima beasiswa berasal dari 97 perguruan tinggi di 35 provinsi di Indonesia. Mereka secara apik, tampil di hadapan ratusan penonton yang hadir di Marina Convention Centre, Semarang.

Baca juga:  Dorong Perkembangan Wisata di ASEAN, Penerbangan Antarnegara Ditambah

“Dengan tema Gugah Jiwa Nusantara, pagelaran ini memperlihatkan keresahan generasi muda Indonesia menghadapi berbagai problematika dan tantangan zaman,” jelasnya.

Pagelaran Malam Dharma Puruhita turut menampilkan sejumlah karakter Nusantara dan tokoh pendiri bangsa, seperti Gunadharma arsitek Borobudur dari zaman Dinasti Syailendra, Ki Hajar Dewantara, hingga Presiden Pertama RI Ir. Soekarno. Dikisahkan mereka merupakan sosok nyata anak bangsa yang mampu bertahan dari berbagai tekanan dan justru menjadi pionir peradaban bangsa dalam bidangnya masing-masing.

“Kisah para tokoh ini kemudian menjadi refleksi penting dan inspirasi yang relevan dengan berbagai persoalan struktural yang dihadapi Generasi Z saat ini, seperti tekanan sandwich generation, adu eksistensi di media sosial, persaingan tak sehat, hingga ancaman teknologi artificial intelligence,” Felicia menambahkan.

Baca juga:  Wright Partners and Fairatmos to Create Innovative Businesses Tackling Climate Change

Pementasan Malam Dharma Puruhita juga turut disaksikan langsung oleh puluhan rektor, dekan, serta perwakilan dari 97 perguruan tinggi.

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo, mengatakan program beasiswa menjadi pelatuk generasi muda yang unggul secara intelektualitas maupun mentalitas, sehingga mampu menaklukkan berbagai rintangan di era globalisasi saat ini.

“Program Nation Building memberikan kami semangat untuk terus memfasilitasi generasi muda belajar dan mengembangkan diri. Acara ini telah memberikan inovasi dan inspirasi bagi dunia pendidikan,” ungkap Widya. (kmb/balipost)

BAGIKAN