SINGARAJA, BALIPOST.com – Desa Adat Bila Bajang, Kecamatan Kubutambahan, kabupaten Buleleng terus komitmen menjaga dan melestarikan tradisi budaya yang telah ada sejak lama. Salah satu keberadaan warisan budayanya yakni, Tari Gayung.
Tari ini merupakan bentuk sujud syukur kepada Tuhan atas rezeki yang berlimpah, khususnya hasil panen yang telah diterima oleh masyarakat desa setempat.
Penyarikan Desa Adat Bila Bajang, I Ketut Sulatra, pada Jumat (6/12) menjelaskan penampilan Tari Gayung biasanya dipentaskan saat Piodalan Agung di Pura Bale Agung setempat.
Biasanya pementasan tarian ada paling belakang dari rangkaian upacara piodalan yang dilakukan. Saat piodalan, pihaknya melaksanakan prosesi meliang-liang, di mana berbagai hasil panen seperti padi, jagung, dan sela disajikan di dalam asagan sebagai wujud syukur atas rejeki yang berlimpah.
Dalam tarian ini, para penari perempuan membawa gayung berisi tuak, sementara laki-laki membawa tekor. Ketika iringan musik dimulai, para penari melakukan gerakan bersama, dan tuak yang ada di gayung dituangkan ke dalam tekor yang dibawa oleh penari pria. Hal ini melambangkan berbagi rezeki yang diterima dari hasil bumi.
Dalam setiap pementasan, setidaknya ada 35 pasang penari laki-laki dan perempuan, yang jumlahnya mencerminkan banyaknya krama negak atau warga yang ada di Desa Bila Bajang.
Sebelum pementasan tarian ini dilakukan, para penari maupun krama yang akan ngayah menari, wajib hukumnya melakukan persembahyangan atau mapiuning.
Hanya saja, sebagai pembuka para penari yang menari mulai dari panglisir desa, pengurus desa, hingga sekaa teruna-teruni.
Usai itu, baru krama negak yang melanjutkannya. Tradisi ini sudah turun temurun dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Adat Bila Bajang. Ini sudah ditemukan ketika dirinya masih kecil.
Sulatra menyebut, pelaksanaan tari ini berlangsung semarak dari sore hingga malam hari. Tidak ada syarat khusus bagi penari yang ada. Hanya saja setiap penari diperbolehkan untuk menari satu kali dalam setiap pementasan. Sebagai penutup dari rangkaian piodalan dilakukan di Pura Bale Agung. Ketika Tarian Gayung sukses, piodalan atau yadnya pun sudah berjalan lancar. (Nyoman Yudha/balipost)