NEGARA, BALIPOST.com – Griya Penida, Banjar Anyar, di Desa Batuagung, Jembrana menggelar karya Pitra Yadnya Atma Wedana, ngelungah, ngaben lan mamukur. Karya diikuti semeton dan sisya Griya secara kolektif dari sejumlah wilayah di Jembrana dan Bali. Prosesi dimulai sejak 5 Desember lalu dan puncaknya pada 15 Desember 2024. Karya ini merupakan karya rutin yang digelar Griya Penida Batuagung.
Manggala Karya, Ida Bagus Tulis mengatakan upacara Pitra Yadnya terdiri dari dua garis besar rangkaian upacara, yaitu ngaben dan mamukur. Dalam upacara yang digelar Griya Penida ini mencakup ngelungah, ngaben lan mamukur.
Karya digelar secara kolektif dan diikuti selain semeton juga sisya Griya Penida, baik ngelungah, ngaben maupun mamukur.
Upacara ngaben sebagai pengembalian jasad manusia menuju alam semesta. Pengembalian jasad dilakukan Umat Hindu pada upacara ngaben ini yaitu dengan membakar.
Manusia dan alam semesta bergabung dari komposisi unsur-unsur yang sama, yaitu panas, angin, unsur halus, zat padat, dan zat cair.
Kemudian mamukur merupakan pengembalian jasad manusia yang telah bergabung dengan alam semesta, menuju alam pitara. Alam yang berdekatan dengan Tuhan.
Mamukur tidak selalu segera dilakukan setelah ngaben. Bisa setelah 12 hari setelahnya atau di hari tertentu saat telah mampu untuk melaksanakan. Pelaksanaan upacara ngaben lan mamukur di Bali tidak hanya sebagai ritual tetapi juga merupakan tradisi yang telah lestari terjaga.
Di griya pelaksanaan ini juga acap kali digelar. Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur, dengan tujuan arwah yang meninggal kembali kepada Sang Pencipta. Meskipun di satu tempat dengan lainnya pelaksanaan berbeda, namun esensinya tetap sama.
Griya Penida merupakan salah satu griya di Desa Batuagung, Jembrana, Bali. Di Desa Adat Batuagung, terdapat sejumlah griya dan menjadi salah satu kearifan lokal Desa Batuagung, Jembrana. (Surya Dharma/balipost)