BANGLI, BALIPOST.com – Serbuan lalat di Kintamani semakin mengkhawatirkan. Ketua PHRI Kabupaten Bangli I Ketut Mardiana mendesak pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap sektor pariwisata.
Mardjana mengatakan, serbuan lalat telah mengakibatkan terjadinya penurunan kunjungan wisatawan di Kintamani secara drastis. Biasanya jelang libur Natal dan Tahun baru seperti sekarang, kunjungan wisatawan ke Kintamani sudah mulai ramai. Tapi sekarang kunjungan menurun drastis hingga 50 persen.
“Faktor penyebabnya memang bisa karena cuaca tidak bagus, tapi yang utama jadi keluhan wisatawan adalah masalah lalat,” ungkapnya, Jumat (20/12).
Serangan lalat benar-benar membuat wisatawan yang berkunjung ke Kintamani tidak nyaman. Sebab lalat tidak hanya menghinggapi makanan namun juga menyerang badan dan wajah wisatawan.
Banyaknya populasi lalat di Kintamani sebenarnya sudah menjadi masalah sejak lama. Namun sampai saat ini tidak kunjung tertangani. Menurut Mardjana, ini tidak terlepas dari keseriusan pemerintah dalam menangani lalat.
Masalah lalat tidak bisa ditangani orang per orang. Pemerintah harus turun tangan. Kalau memang pemicunya karena tingginya aktifitas pertanian yang menggunakan kotoran ternak mentah sebagai pupuk, maka pemerintah diharapkan bisa membuat regulasi untuk mengatur hal itu.
Dirinya khawatir, jika permasalahan ini dibiarkan lambat laun akan merusak citra pariwisata Kintamani. Bukan tidak mungkin Kintamani bisa ditinggalkan wisatawan karena masalah lalat. “Kuncinya menurut saya adalah peran pemerintah. Mau tidak care menyelesaikan masalah lalat ini. Kelihatannya memang sepele soal lalat, tapi ini bisa berdampak serius terhadap kesejahteraan masyarakat,” terang Mantan Dirut PT Pos itu.
Dia mengatakan persoalan lalat ini pernah mendapat perhatian dari Kementerian Pariwisata dan instansi terkait lainnya di Bangli. Akan tetapi sampai sekarang tidak ada tindaklanjut penanganan. (Dayu Swasrina/Balipost)